Masa Perpecahan India
Ketegangan politik terjadi
di India menjelang kemerdekaanya dari Inggris dalam periode 1935-1947, yang
ditandai dengan munculnya konflik-konflik komunal antara dua golongan terbesar
dalam masyarakat India yaitu golongan Hindu dan golongan Muslim. Golongan Hindu
merupakan golongan mayoritas yang jumlahnya sekitar 250 juta jiwa dari total
400 juta penduduk India. Sedangkan golongan Muslim jumlahnya sekitar 100 juta
jiwa, yang merupakan golongan minoritas terbesar dibandingkan dengan golongan
minoritas-minoritas lain di antaranya golongan Sikh, Budha, Parsi, dan Kristen
(Anglo-Hindu) yang seluruhnya berjumlah sekitar 50 juta jiwa (Gzaznawi, 1966:
53).
Tahun
1946, Gandhi menyarankan anggota kongres untuk menolak proposal yang diajukan
oleh pemerintah Inggris. Walaupun demikian ini adalah salah satu dari beberapa
kali kongres menolak nasihatnya. Walaupun Nehru dan Patel mengetahui jika
kongres menolak proposal itu maka kontrol pemerintah akan berpindah ke Liga
Muslim. Antara tahun 1946-1948 ini, sekitar 5000 orang terbunuh dalam
kekerasan ini.
Gandhi
sangat menentang ide untuk membagi India menjadi 2 negara. Pertumbuhan penduduk
muslim di India yang hidup berdampingan dengan Hindu dan Sikh menjadi tersekat.
Apalagi Muhammad Ali Jinnah, pemimpin liga Muslim, mendukung penyebaran di
Punjab Barat, Sindh, Propinsi frontier barat daya, dan Bengal Timur.
Rencana
penyekatan disetujui oleh kongres untuk menghindari perang sipil di India.
Walaupun demikian kongres tetap berusaha untuk meminta dukungan dari Mahatma
Gandhi yang pasti menolaknya. Dengan bantuan kolega terdekat Gandhi, Beliau
akhirnya luluh dan menyetujui petisi tersebut.
Mahatma
Gandhi sering memimpin pertemuan antara pemimpin Muslim dan Hindu. Namun dalam
perang India-Pakistan tahun 1947, Gandhi mempermasalahkan pemerintah yang
menolak membayar 250juta rupee kepada Pakistan. Pemimpin seperti Sardar Patel
takut Pakistan menggunakan uang untuk membiayai perang melawan India.
Perasaan
Gandhi hancur ketika ada permintaan untuk mengirim balik warga Muslim ke
Pakistan. Saat itu pemimpin Hindu dan Muslim frustasi karena tidak mencapai
kesepakatan. Gandhi kemudian mengeluarkan pernyataan di Delhi untuk
menghentikan seluruh kekerasan dan membayar 25juta rupee kepada pakistan.
Gandhi takut ketidakstabilan dan ketidakamanan di Pakistan dapat meningkatkan
kemarahaan untuk melawan India dan kekerasaan akan menyebar di seluruh
perbatasan. Beliau juga menyadari akan kemungkinan Muslim dan Hindu untuk
melakukan perang sipil di India.
Setelah
melalui perdebatan yang panjang dan emosional, Gandhi menolak untuk memindahkan
warga ke Pakistan dan akhirnya pemerintah membayar ke Pakistan. Pemimpin
komunitas Hindu, Muslim, Sikh dan beberapa aliran kepercayaan lainnya menjamin
bahwa mereka akan meninggalkan kekerasaan dan menjalankan perdamaian.
India memperoleh kemerdekaan
dari Inggris pada tahun 1947 berdasarkan India Independence Act 1947,
undang-undang tersebut juga dijadikan sebagai landasan dalam pembagian India
menjadi dua negara dominion. Peralihan kekusaan (transfer of power)
berlangsung dengan damai dan menempuh proses konstitusional, namun menyisakan
ironi karena di samping memperoleh kemerdekaan dari Inggris India harus dibagi
menjadi dua negara. Pembagiannya didasarkan atas dua golongan terbesar dalam
masyarakat India yaitu golongan Hindu (negara India) dan Muslim (negara
Pakistan), masing-masing negara untuk sementara berstatus dominion Inggris
sampai keduanya dapat membentuk konstitusinya sendiri.
Kemerdekaan India merupakan
hadiah yang luar biasa bagi seluruh warga India karena mampu mempersatukan
India yang multikulturalisme di bawah satu bendera meskipun dalam peristiwa
kemerdekaan ini muncul perpecahan antara umat Hindu dengan umat Islam dengan
terpecahnya India dan Pakistan. Namun perjuangan pergerakan India dalam all
Indian congress merupakan sebuah inspirasi dalam politik pemerintahan di
seluruh belahan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar