Senin, 23 Juni 2014

ANALISIS ARTIKEL “TOWARDS AN AFRICAN SOCIALISM” (MENUJU SOSIALISME AFRIKA)


Sebenarnya di benua Afrika banyak Negara yang telah mendapatkan kemerdekaan, namun kemerdekaan itu belum selayaknya mampu disebut merdeka dalam artian yang sesungguhnya karena banyak Negara-Negara yang merdeka masih menginduk dengan Negara bekas koloninya dan ketimpangan dalam hal kepemimpinan karena mereka belum mampu membuat kepemimpinan untuk Negaranya sendiri. Munculah suatu gagasan dari dalam Afrika untuk membawa Afrika ke dalam nasionalisme dan sosialisme Afrika. Negara-Negara di Afrika berusaha keras untuk melepaskan diri dari Negara bekas koloninya. Kemerdekaan adalah sebuah tugas berat yang harus dipertahankan dan tidak hanya dijadikan teori namun dapat dijadikan kenyataan dan menjadikan Negara di Afrika sebagai Negara maju. Dalam proses terbentuknya sosialisme di Afrika pada kenyataannya sangat sulit karena berbagai hal yang membuat sosialis datang ke Afrika dalam skala kecil yang prospeknya belum cukup hebat untuk Afrika sendiri. Misalnya organisasi yang berada di Aljazair FLN melakukan gerakan yang kontroversial karena kepemimpinan sosialis namun penuh dengan pemberontakan antar suku yang membuat keadaan semakin kacau, perbedaan menjadi salah satu penyebab utamanya.
Sulit terbentuknya sosialisme di Afrika secara utuh karena kepemimpinan Negara bekas koloni tidak berhenti setelah Afrika merdeka, banyak Negara di Afrika yang menginduk pada Negara master. Dan dalam sistem pemerintahan peranan Negara bekas koloni juga sangat mendominasi dan membuat sulitnya terciptanya sosialisme di Afrika. Contohnya saja sosialis demokratis Perancis di Afrika Barat hanya akan menjadi boneka dari kepemimpinan yang masih diatur oleh pemerintahan Perancis. Campur tangan Negara koloni juga masuk dalam serikat buruh yang ada di Afrika. Setiap gerakan sosialis akan tumbuh dalam gerakan buruh yang akan berhasil menjadi badan swasta dengan intelektual sebagai ideologi baru. Contohnya Partai Rakyat Kongo berada di bawah serikat buruh yang masih dilandasi dengan keikutcampuran orang eropa sebagai substansi aktif yang sangat mempengaruhi.
Hukum adat yang berbeda disetiap suku juga mempengaruhi sosialisme di Afrika. Hukum adat masih sangat dipegang teguh oleh rakyat Afrika, mereka selalu mematuhi hukum adat yang merlaku karena pemimpin suku di Afrika kebanyakan masih bersifat otoriter (warisan sifat pemimpin pada saat kolonial). Para pemimpin suku merasa dirinya berjasa pada bangsa karena telah membantu dalam pengusiran kolonial di Afrika kan membuat mereka menjadi sombong dan menentukan hukum-hukum adat serta ingin menjadikan sukunya yang paling berdominasi di Afrika. Dan hal tersebutlah yang menyebabkan timbulnya konflik antar suku, konflik itu muncul karena setiap suku ingin berkuasa didaratan Afrika dan ingin membuktikan bahwa sukunya lah yang paling kuat. Dengan adanya tujuan itu kekuatan dan kesetiaan anggota dalam suatu suku sangat tinggi dan kental sehingga menimbulkan terjadinya penurunan rasa kebngsaan satu benua Afrika karena mereka lebih menonjolkan atau menomorsatukan rasa kesukuan yang dijunjung tinggi. Kemudian ada pembagian kelas antar suku di Afrika karena perbedaan-perbedaan intern yang menyebabkan konflik itu muncul. Jadi dalam konteks ini masyarakat di benua Afrika lebih menjunjung tinggi rasa kesukuan dan membuat rasa kebangsaan sebenua Afrika sulit muncul dan menyebabkan sosialisme masih sangat sulit masuk dan menggantikan rasa kesukuan rakyat Afrika dan memunculkan suatu gerakan dalam masyarakat. Contohnya saja di Ghana, Guinea, Nigeria dan beberapa Negara bekas jajahan Perancis akan mempunyai gerakan yang lebih kompleks karena rasa kesukuan yang masih sangat melekat. Dari daerah tersebut masalah politik akan dipicu oleh pemberontakan antar gerakan sampai muncul kepemimpinan yang stabil. Seluruh ide federal Afrika akan dianjurkan oleh Nkrumah dan Toure pada tingkat konferensi seluruh Afrika. Namun pada kenyataannya dalam PAN Afrika, masing-masing pemerintahan menuduh federalis sebagai alasan untuk menguasai daerah lain, dan mereka sendirilah yang menyebabkan kerusakan karena tujuan dan cara kepemimpinan yang salah. Seksional kesadaran massa tetap menjadi hambatan terbesar bagi kepemimpinan yang berambisi dalam kepentingan kesukuan mereka.
Keterbelakangan benua Afrika dari berbagai sektor seperti,  politik, budaya ataupun ekonomi yang jauh melebihi Asia akan membuat Afrika tergoda untuk menjadi Negara sosialis. Keterbelakangan inilah yang memicu adanya kepemimpinan kelas yang otoriter. Bahkan Stalinisme di Afrika yang mengembangkan industri dinegara terbelakang perlu adanya pengembangan pada tingkat tertentu agar tidak terjadi sebuah ketimpangan yang melemahkan pemeritahan. Pertumbuhan sosialisme di Afrika memerlukan jaminan agar tidak terjadi perpecahan kesukuan dan tindakan ekonomi yang anti imperialis.
Perjalanan Afrika menuju sosialisme mendapat berbagai macam kesulitan antara lain, Negara bekas penjajah di Afrika masih ikut campur dalam pemerintahan di Afrika dan hukum adat dalam suku yang masih kental dan dipatuhi oleh rakyat serta tujuan yang salah dari pemimpin suku yang ingin menguasai benua Afrika dan ingin membuat sukunya yang paling mendominasi dibenua Afrika. Sebenarnya peranan atau tujuan kenapa ingin mengubah Afrika menjadi sosialis karena untuk menghancurkan kekuatan dan kesetiaan ikatan kesukuan dan sistem feudal, menurunkan rasa kesukuan dan meningkatkan rasa persatuan dalam satu benua, pembangunan sumber daya di Afrika, meningkatkan tingkat kebutuhan hidup orang Afrika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll