Senin, 23 Juni 2014

PENGARUH TRADISI “CEMBENGAN” TERHADAP KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SRAGEN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Fenomena sosial dapat diartikan sebagai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Ruang lingkup fenomena sosial itu sangat luas dan kebudayaan merupakan salah satunya. Kebudayaan yang diciptakan manusia itu beraneka ragam , karena setiap pribadi atau kelompok manusia menunjukan kebudayaannya dengan cara tersendiri yang beraneka ragam. Dalam setiap kebudayaan terkandung makna, simbol atau nilai yang ingin disampaikan oleh manusia.
Dalam buku Strategi Kebudayaan, yang ditulis oleh C.A. Van Peufsen, pengertian tradisi adalah sebagai berikut: Memang dalam pengertian kebudayaan juga termasuk tradisi, dan tradisi dapat diterjemahkan dengan pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tetapi tradisi tersebut bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah; tradisi juga dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan dapat diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu; ia menerimanya, menolak atau mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada.[1]

Pengertian lain dari tradisi itu sendiri ialah kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.[2]
Suku Jawa merupakan suku yang paling banyak memiliki simbol-simbol tradisi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Seluk beluk kehidupan di suku Jawa tidak dapat dilepaskan dari tradisi yang ada seperti, tradisi untuk kelahiran, pernikahan, kematian dan lain-lain. Bahkan tradisi itu juga muncul dipabrik gula pada waktu akan melaksanakan proses giling tebu dan hampir setiap pabrik gula di Jawa Tengah yang merupakan peninggalan dari kolonial Belanda memiliki tradisi yang sama. Tradisi yang dilakukan dipabrik gula ini sering disebut dengan cembengan. Di kota Sragen pelaksanaan cembengan selalu dilaksanakan menjelang musim giling tebu di Pabrik Gula Mojo.
Tradisi cembengan diadakan setahun sekali menjelang musim giling tebu di Pabrik Gula Mojo. Cembengan dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil panen tebu yang melimpah dan juga merupakan doa agar giling tebu di Pabrik Gula Mojo dapat berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun. Tradisi cembengan sudah muncul sejak zaman Belanda yang dibawa oleh pekerja Cina yang dulunya tradisi ini, hanya melakukan ziarah kubur tetapi sekarang cembengan juga disertai pasar malam yang bertujuan untuk sarana hiburan agar pekerja pabrik dapat bersosialisasi langsung dengan masyarakat sekitar.
 Dengan adanya pasar malam tersebut dapat membuat hubungan yang baik antara pabrik dan masyarakat sekitar. Berbagai fungsi dan tujuan cembengan dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar dengan adanya pasar malam, karena masyarakan sekitar dapat berperan serta dalam pasar malam sehingga dapat meningkatkan pendapatannya, walaupunn cembengan hanya dilakukan setahun sekali tetapi hal itu membawa berkah bagi warga sekitar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya perayaan cembengan di Sragen?
2.      Bagaimana proses berlangsungnya cembengan di Sragen?
3.      Bagaimana pengaruh cembengan dengan kegiatan ekonomi masyarakat Sragen khususnya di sekitar pabrik gula Mojo?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui sejarah munculnya perayaan cembengan di Sragen.
2.      Untuk mengetahui proses berlangsungnya cembengan di Sragen.
3.      Untuk mengetahui pengaruh cembengan dengan kegiatan ekonomi masyarakat Sragen khususnya di sekitar pabrik gula Mojo.

D.    Jenis Penelitian
Penelitin ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara. Hasil wawancara diolah dan ditunjang dengan sumber lain yaitu sumber dari internet dan buku. Wawancara dilakukan dengan narasumber pekerja Pabrik Gula Mojo.

E.     Waktu dan Tempat penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada:
Hari           : Sabtu dan Minggu
Tanggal     :
Tempat      :


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Munculnya Cembengan di Sragen
Pabrik Gula Mojo terletak di Kabupaten Sragen, tepatnya di desa Mojo, Sragen Kulon, berada disebelah Pasar Bunder Sragen dan dekat dengan Stasiun Sragen. Pabrik Mojo berdiri sejak masa kedudukan Hindia-Belanda karena pada masa kolonial, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan pabrik gula hampir disetiap kota di Jawa Tengah, dan yang ada di Sragen adalah Pabrik Gula Mojo. Pabrik Mojo mulai beroperasi sejak tahun 1883 dan sampai sekarang ini. Pada masa kedudukan Hindia-Belanda Pabrik Mojo dikelola oleh orang kolonial. Untuk pengelolaan perkebunan dan proses produksi gula orang kolonial mendatangkan pekerja kasar dari Cina yang sering disebut dengan istilah kuli. Kuli merupakan salah satu kata dari Bahasa Mandarin yang berarti pekerja kasar.
Masuknya kuli atau pekerja kasar dari Cina ke Indonesia membawa kebudayaan atau tradisi yang berbau Cina di Indonesia dalam hal ini khususnya didaerah sekitar pabrik gula. Salah satu tradisi yang dilakukan kuli pabrik gula adalah melakukan upacara cembengan. Setelah musim panen tebu selesai maka akan dimulailah musim giling tebu tetapi sebelum tebu pertama dimasukan ke mesin penggilingan atau sebelum memulai proses penggilingan biasanya para kuli atau pekerja pabrik ini melakukan upacara cembengan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan juga merupakan doa agar proses penggilingan tebu yang akan dilakukan dapat berjalan lancar dan hasilnya dapat memenuhi target. Cembengan itu sendiri juga berasal dari bahasa mandarin “Cin Bing” yang berarti ritual khas tionghoa untuk mendoakan roh nenek moyang atau yang sering disebut dengan ziarah. Sebelum melakukan proses giling tebu, pekerja pabrik melakukan ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah.
Dari ceritera yang berkembang di masyarakat mbah Paleh dan mbah Krandah adalah pengikut Kyai Adipati Djaengrana dari Surabaya (Jawa Timur). Pihak kolonial Belanda tahu bahwa Djaengrana merupakan orang kuat di Surabaya, maka koloni Belanda berupaya melumpuhkan Djaengrana dengan cara yang licik. Djaengrana disuruh menghadap Raja Surakarta (Pakubuwono I), tetapi sesampai disebuah tempat yang sekarang menjadi kota Sragen. Djaengrana beserta pengikutnya dicegah dengan dalih “jika ingin menghadap Raja tidak boleh membawa pengikut dan benda-benda pusaka”. Niat koloni Belanda yang ingin membunuh Djaengrana akhirnya terwujud, sesampai di Laweyan Surakarta Djaengrana dibunuh, tepatnya tanggal 28 Februari 1709. Para pengikut Djaengrana menunggu di Sragen yang pada saat itu masih berupa hutan. Salah satu sesepuh di Sragen yang bernama Beluh menyusul dan mencari tahu keadaan Djaengrana ke Surakarta tapi Beluh juga dibunuh. Akhirnya Mbah Paleh dan Mbah Krandah beserta pengikutnya yang lain “mbodro” di Sragen sampai meninggal dunia.[3]
Pada awal pendirian pabrik gula Mojo, berada didekat pepunden makam mbah Paleh dan mbah Krandah. Dan sampai sekarang makam mbah Paleh dan mbah Krandah masih memiliki nilai spiritual yang tinggi maka tiap tahunnya sebelum memasuki waktu giling tebu pasti melakukan ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah.



B.     Proses Berlangsungnya Cembengan di Sragen
Cembengan di Pabrik Gula Mojo ini dilakukan agar proses produksi berjalan lancar dan hasil produksi dapat mencapai target. Cembengan dilaksanakan satu tahun sekali biasanya pada bulan April atau Mei dan dilaksanakan diarea pabrik Mojo. Prosesi cembengan itu terdiri dari beberapa tahap, yaitu: yang pertama ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah, yang kedua acara yang sering disebut temanten tebu, dan acara penutup adalah acara hiburan.
Sebelum memulai tardisi cembengan yang pertama kali dilakukan adalah berziarah ke makam mbah paleh dan mbah Krandah. Ziarah disini dilengkapi dengan berbagai macam sesaji yang diperluakan untuk ritual. Makam mbah Paleh dan mbah Krandah masih dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi karena waktu pendirian Pabrik Gula Mojo berada didekat pepunden makam mbah Paleh dan mbah Krandah. Dan pelaksanaan ziarah ini bertujuan agar arwah atau pun roh-roh leluhur disekitar pabrik dapat tenang dan tidak mengganggu dalam proses penggilingan tebu yang akan dilaksanakan. Dan banyak yang mengatakan kalau prosesi ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya korban dari pihak karyawan pabrik pada saat proses penggilingan.
Dihari yang sama dengan ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah adalah prosesi methik (pemetikan) tebu temanten sampai dengan penggilingan tebu temanten. Tebu temanten itu terdiri dari tebu lanang (laki-laki) dan tebu wedok (perempuan yang dipethik di kebun tebu. Setelah tebu dipethik, tebu temanten itu diletakan dikantor tebang angkut yang terletak di kompleks area pabrik gula Mojo. Setelah memetik tebu temanten menyiapkan perlatan untuk upacara selametan. Selanjutnya, setelah uborampe (peralatan upacara selamatan lengkap, dipanjatkan doa bersama yang dipimpin oleh seorang modin dengan ujub (niat) diberikan keberhasilan sehingga memperoleh keuntungan dan keselamatan karyawan dan mesin-mesin di Pabrik Gula Mojo. Kemudian, prosesi dilanjutkan dengan memasukan tebu temanten yang telah disiapkan ke penggilingan. Dan dengan telah dimasukan tebu temanten ke dalam mesin penggilingan itu berarti musim giling tebu di Pabrik Gula Mojo telah dimulai.
Setelah prosesi ini selesai, acara syukuran dan ramah tamah dikemas dalam acara hiburan. Dalam setiap prosesi cembengan pasti tak lepas dari pasar malam yang diramaikan berbagai penjual dan hiburan. Dengan adanya pasar malam ini menjadi sarana hiburan tersendiri bagi warga Sragen karena dapat berbelanja berbagai peralatan seperti, pakaian, peralatan didapur, sandal, sepatu, hiasan rumah, aksesoris dan lain sebagainya. Dan masyarakat juga dapat terhidur dengan adanya pasar malam ini karena masyarakat dapat bersenang-senang dengan keluarga mereka dipasar malam dengan berbagai permainan yang sada seperti kereta mini atau kereta kelinci, komedi putar, mandi bola, jinontrol, kora-kora dan permainan lainnya. Bebagai pertunjukkan tradisional seperti Reog dan Tari Gambyong juga ikut mewarnai semaraknya pesta giling Cembengan ini. Di depan kantor Pabrik Gula Mojo, digelar seremoni pembukaan yang dibuka dengan Tari Gambyong, hiburan Campursari dan Dagelan Kethoprak. Sementara itu di area dalam Pabrik Gula Mojo yang dipakai sebagai stasiun giling tebu, digelar wayang kulit dengan Lakon Sri Mulih. Lakon Sri Mulih adalah cerita diluar pakem asli Mahabarata yang dipentaskan khusus untuk upacara mohon keselamatan atau syukuran. Kisah ini menceritakan tentang kedatangan Dewi Sri, sebagai ikon simbol kesuburan dan hasil panen yang melimpah yang mengalah ancaman dari berbagai malapetaka. Dengan adanya acar hiburan seperti penampilan tari gambyong, pertunjukan wayang kulit, dan pasar malam itu dilaksanakan oleh pihak pabrik bertujuan untuk lebih mempererat hubungan antara Pabrik Gula Mojo dengan Masyarakat yang tinggal disekitarnya. Walaupun tidak semua warga sekitar mencari nafkah di pabrik gula atau perkebunannya, dengan pesta rakyat cembengan tersebut diharapkan bahwa berkah dari adanya pabrik gula bisa dirasakan oleh masyarakat secara lebih luas. Bisa dikatakan bahwa pesta rakyat cembengan sebagai program cara berhubungan dengan masyarakat yang sangat cerdas, yang lahir dari leluhur-leluhur terdahulu. Tidak cuma hiburan, ada aktivitas ekonomi yang berdampak signifikan dalam perayaan Cembengan ini. Para pengusaha gula dari masa-masa terdahulu, telah memberikan warisan sebuah pelajaran penting dimana kehadiran sebuah pabrik gula haruslah tidak hanya berbuah manis bagi pemilik dan karyawannya, tetapi manisnya bisa dirasakan oleh masyarakat umum disekitarnya.

C.    Pengaruh Cembengan Dengan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sragen Khususnya Sekitar Pabrik Gulo Mojo
Muncul atau adanya pelaksanaan suatu tradisi disuatu daerah pasti membawa pengaruh baik ataupun buruk didaerah tersebut dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Dan tidak lepas dari itu, tradisi cembengan yang digelar setahun sekali di kota Sragen pastilah membawa pengaruh untuk daerah ataupun masyarakat Sragen tersendiri. Dalam pelaksanaan cembengan yang paling Nampak dipermukaan adalah pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat sekitar yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar karena tradisi ini menjadi daya tarik bagi masyarakat Sragen untuk datang ke cembengan dengan tujuan melihat langsung tradisinya ataupun hanya menikmati hiburan-hiburan yang ada dalam acara cembengan tersebut. Dengan adanya tradisi cembengan ini memunculkan berbagai macam lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar yang sifatnya musiman. Lapangan pekerjaan itu ada yang berhubungan langsung dengan pabri tebu (penggilingan tebu) ataupun yang berhubungan langsung dengan pasar malam yang diselenggarakan sebagai sarana hiburan yang diadakan oleh pihak pabrik dengan tujuan untuk menjaling hubungan yang baik dengan masyarakat. Selain munculnya lapangan pekerjaan yang baru, cembengan juga mempengaruhi kebanyakan pekerja ataupun pedagang yang pada awalnya sudah bekerja disekitar area Pabrik Gula Mojo seperti para pedagang di Pasar Bunder Sragen yang letaknya disamping Pabrik Gula Mojo dan penyedia jasa angkutan kota.
Pengaruh cembengan dengan kegiatan ekonomi masyarakat Sragen adalah salah satunya membuka lapangan pekerjaan musiman yang artinya pekerjaan yang hanya muncul atau dapat dikerjakan pada musim giling tebu ataupun pada saat prosesi cembengan digelar. Pekerja musiman ini mencakup pekerja dalam pabrik ataupun pekerja luar pabrik. Pekerja dalam cakupan dalam pabrik ini adalah pekerja yang membantu dalam proses penggilingan tebu, karena pada masa giling tebu ini membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak dari pada jumlah normal tiap harinya. Selain karyawan tetap tenaga kerja musiman yang terserap karena beroperasinya Pabrik Gula Mojo ini sekitar 20an ribu pada tiap tahunnya. Dan itu bukanlah jumlah yang sekikit bagi masyarakat Sragen. Selain memimbulkan pekerjaan musiman dalam pabrik, hal tersebut juga menimbulkan lapangan pekerjaan baru disekitar pabrik, contohnya itu adalah warung yang muncul karena mengetahui bahawa musim giling tiba dengan banyak pekerja pabrik dan adanya cembengan yang menarik banyak orang. Jadi munculnya warung-warung baru itu menyediakan kebutuhan konsumen dan para pedagang itu mampu membaca atau memprediksikan kalau berjualan pada saat-saat seperti itu akan sangat menguntungkan dan menghasilkan laba yang lebih besar dari pada hari biasanya. Jadi dengan adanya tradisi cembengan yang dilakukan pada musim giling tebu itu menyebabkan munsulnya lapangan pekerjaan musiman yang sangat dinanti oleh para masyarakat sekitar karena melihat keuntungan yang besar dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar secara langsung maupun secara tidak langsung.
Selain menimbulkan lapangan pekerjaan musiman, tradisi cembengan dan musim giling tebu ini memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pekerja-pekerja disekitarnya dan dapat dikatakan peningkatan keuntungan musiman. Peningkatan keuntungan ini dirasakan paling nampak oleh pekerja disekitar Pabrik Gula Mojo dan peningkatan keuntungan ini paling banyak dirasakan di Pasar Bunder Sragen, karena Pabrik Gula Mojo dengan Pasar Bunder Sragen letaknya bersebelahan. Peningkatan keuntungan itu dirasakan oleh para pedagang dipasar walaupun tidak semua pedagang tetapi sebagian besar pedagang merasakan keuntungan karena musim cembengan. Pedagang yang merasa mendapat keuntungan itu biasanya pedagang yang menjual makanan dan minuman, pedagang buah, pedagang jajan pasar, dan pedagang lainnya. Tetapi ada beberapa pedagang yang merasa keuntungannya menurun karena adanya cembengan, pedangan itu mencakup pedagang pakaian, sandal, dan pedagang-pedagang yang barang jualannya juga dijual atau terdapat didalam pasar malam. Selain para pedagang peningkatan keuntungan juga terjadi pada tukang parkir. Hal itu disebabkan karena cembengan mampu menjadi daya tarik tersendiri oleh masyarakat dan menyebabkan masayarakat datang berkunjung kecembengan. Hal tersebut mempengaruhi pendapatan tukang parkir dengan meningkatnya jumlah kendaraan pribadi yang dititipkan pada saat orang memasuki area pabrik dan hal tersebut sangat mempengaruhi keuntungan tukang parkir. Dan peningkatan itu akan memuncak pada malam hari khususnya malam minggu ataupun malam hari libur. Pengunjung yang datang ke cembengan tidak semua menggunakan kendaraan pribadi ada banyak diantara mereka yang mengunakan jasa angkutan kota/angkutan umum, para pengunjung yang rumahnya berada jauh dari pusat kota itu biasanya datang ke cembengan menggunakan angkutan umum. dan hal itu meningkatkan pendapatan pekerja angkutan umum pada musim cembengan. Jadi pengaruh dari tradisi cembengan dan musim giling tebu ini dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cara meningkatakan pendapatan pekerja yang ada disekitar pabrik seperti pedagang, tukang parkir dan jasa angkutan umum karena tradisi cembengan memiliki daya tarik tersindiri untuk masyarakat Sragen. Dan dengan adanya musim giling tebu ini membuka lapangan pekerjaan musiman pada saat proses penggilingan tebu menjadi gula yang membutuhkan pekerja tambahan yang jumlahnya cukup banyak.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tradisi cembengan adalah tradisi pada saat musim giling tebu yang masih berjalan sampai sekarang di Pabrik Gula Mojo Sragen. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali oleh pihak pabrik biasanya jatuh pada bulan April atau Mei. Tradisi ini dibawa pertama kali oleh pekerja pabrik yang dulu pada awalnya berasala dari Cina. Dan fungsi tradisi cembengan ini adalah untuk menghindari adanya korban saat pekerja melaksanakan proses giling tebu dan untuk membuat suatu hubungan yang baik dengan adanya cembengan serta untuk membuat pandangan masyarakat bahwa pabrik gula yang kuno dan angker itu berkurang atau hilang. Pada saat pelaksanaan tradisi cembengan ada beberapa tahapan prosesi yang dilaksanakan yaitu ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah krandah, tebu temanten, dan acara hiburan seperti pasar malam, wayangan dan tari gambyong.
Munsulnya tradisi ini tiap tahunnya membawa pengaruh dalam segi ekonomi bagi masyarakat sekitar yang sifatnya membuka lapangan pekerjaan baru atau meningkatkan penghasilan pekerja yang bekerja disekitar pabrik. Tardisi cembengan digelar pada saat musim giling dipabrik jadi pada saat musim giling ini pihak pabrik membutuhkan pekerja musiman untuk membantu proses pengilingan tebu, dan hal itu selalu diikuti dengan munculnya warung-warung disekitar pabrik yang menyediakan kebutuhan para pekerja seperti makanan, rokok dan lain-lain. Adanya cembengan juga berpengaruh pada pendapatan pekerja sekitar pabrik khususnya yang berdomisili di Pasar Bunder Sragen. Pendapatan pekerja yang berpengaruh adalah pendapatan pedagang, tukang parkir dan pendapatan para pemilik jasa angkutan umum kota Sragen.
B.     Saran
Tradisi Cembengan merupakan sebuah tradisi yang mencirikan suatu masyarakat disekitar pabrik gula masih memegang teguh tradisi ataupun simbol-simbol Jawa. Dan atas dasar itu semoga dari pihak Pabrik Gula Sragen dan masyarakat Sragen selalu menjaga dan melestarikan tradisi Cembengan untuk kedepannya. Untuk para pedagang ataupun para pengunjung yang berdatangan ke cembengan diharapkan ke tenangannya dan dapat menjaga keamanannya karena tradisi ini sifatnya sakral.


[1] C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1985). hlm. 11.
[3] http://www.beritasragen.com/2011/08/cembrengan-pesta-giling-di-kabupaten.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll