BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Fenomena
sosial dapat diartikan sebagai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Ruang lingkup fenomena sosial
itu sangat luas dan kebudayaan merupakan salah satunya. Kebudayaan yang
diciptakan manusia itu beraneka ragam , karena setiap pribadi atau kelompok
manusia menunjukan kebudayaannya dengan cara tersendiri yang beraneka ragam.
Dalam setiap kebudayaan terkandung makna, simbol atau nilai yang ingin
disampaikan oleh manusia.
Dalam
buku Strategi Kebudayaan, yang ditulis oleh C.A. Van Peufsen, pengertian
tradisi adalah sebagai berikut: Memang dalam pengertian kebudayaan juga
termasuk tradisi, dan tradisi dapat diterjemahkan dengan pewarisan atau
penerusan norma-norma adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tetapi tradisi
tersebut bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah; tradisi juga dipadukan
dengan aneka ragam perbuatan manusia dan dapat diangkat dalam keseluruhannya.
Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu; ia menerimanya, menolak
atau mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang
perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola
kebudayaan yang sudah ada.[1]
Pengertian lain dari tradisi
itu sendiri ialah kebiasaan,
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi
yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali)
lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.[2]
Suku Jawa merupakan suku yang paling banyak memiliki simbol-simbol
tradisi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Seluk beluk kehidupan di suku
Jawa tidak dapat dilepaskan dari tradisi yang ada seperti, tradisi untuk
kelahiran, pernikahan, kematian dan lain-lain. Bahkan tradisi itu juga muncul
dipabrik gula pada waktu akan melaksanakan proses giling tebu dan hampir setiap
pabrik gula di Jawa Tengah yang merupakan peninggalan dari kolonial Belanda
memiliki tradisi yang sama. Tradisi yang dilakukan dipabrik gula ini sering
disebut dengan cembengan. Di kota Sragen pelaksanaan cembengan selalu dilaksanakan
menjelang musim giling tebu di Pabrik Gula Mojo.
Tradisi cembengan diadakan setahun sekali menjelang musim giling tebu
di Pabrik Gula Mojo. Cembengan dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur atas
hasil panen tebu yang melimpah dan juga merupakan doa agar giling tebu di Pabrik
Gula Mojo dapat berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun. Tradisi
cembengan sudah muncul sejak zaman Belanda yang dibawa oleh pekerja Cina yang
dulunya tradisi ini, hanya melakukan ziarah kubur tetapi sekarang cembengan
juga disertai pasar malam yang bertujuan untuk sarana hiburan agar pekerja
pabrik dapat bersosialisasi langsung dengan masyarakat sekitar.
Dengan adanya pasar malam
tersebut dapat membuat hubungan yang baik antara pabrik dan masyarakat sekitar.
Berbagai fungsi dan tujuan cembengan dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat
sekitar dengan adanya pasar malam, karena masyarakan sekitar dapat berperan
serta dalam pasar malam sehingga dapat meningkatkan pendapatannya, walaupunn
cembengan hanya dilakukan setahun sekali tetapi hal itu membawa berkah bagi
warga sekitar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana sejarah munculnya perayaan cembengan
di Sragen?
2.
Bagaimana proses berlangsungnya cembengan di
Sragen?
3.
Bagaimana pengaruh cembengan dengan kegiatan
ekonomi masyarakat Sragen khususnya di sekitar pabrik gula Mojo?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui sejarah munculnya perayaan
cembengan di Sragen.
2.
Untuk mengetahui proses berlangsungnya cembengan
di Sragen.
3.
Untuk mengetahui pengaruh cembengan dengan
kegiatan ekonomi masyarakat Sragen khususnya di sekitar pabrik gula Mojo.
D.
Jenis
Penelitian
Penelitin ini
merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara.
Hasil wawancara diolah dan ditunjang dengan sumber lain yaitu sumber dari
internet dan buku. Wawancara dilakukan dengan narasumber pekerja Pabrik Gula
Mojo.
E.
Waktu
dan Tempat penelitian
Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu dan Minggu
Tanggal :
Tempat :
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Munculnya Cembengan di Sragen
Pabrik Gula Mojo terletak
di Kabupaten Sragen, tepatnya di desa Mojo, Sragen Kulon, berada disebelah
Pasar Bunder Sragen dan dekat dengan Stasiun Sragen. Pabrik Mojo berdiri sejak
masa kedudukan Hindia-Belanda karena pada masa kolonial, pemerintah Hindia-Belanda
mendirikan pabrik gula hampir disetiap kota di Jawa Tengah, dan yang ada di
Sragen adalah Pabrik Gula Mojo. Pabrik Mojo mulai beroperasi sejak tahun 1883
dan sampai sekarang ini. Pada masa kedudukan Hindia-Belanda Pabrik Mojo
dikelola oleh orang kolonial. Untuk pengelolaan perkebunan dan proses produksi
gula orang kolonial mendatangkan pekerja kasar dari Cina yang sering disebut
dengan istilah kuli. Kuli merupakan salah satu kata dari Bahasa Mandarin yang
berarti pekerja kasar.
Masuknya kuli atau
pekerja kasar dari Cina ke Indonesia membawa kebudayaan atau tradisi yang
berbau Cina di Indonesia dalam hal ini khususnya didaerah sekitar pabrik gula.
Salah satu tradisi yang dilakukan kuli pabrik gula adalah melakukan upacara
cembengan. Setelah musim panen tebu selesai maka akan dimulailah musim giling
tebu tetapi sebelum tebu pertama dimasukan ke mesin penggilingan atau sebelum
memulai proses penggilingan biasanya para kuli atau pekerja pabrik ini
melakukan upacara cembengan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan
juga merupakan doa agar proses penggilingan tebu yang akan dilakukan dapat
berjalan lancar dan hasilnya dapat memenuhi target. Cembengan itu sendiri juga
berasal dari bahasa mandarin “Cin Bing” yang berarti ritual khas tionghoa untuk
mendoakan roh nenek moyang atau yang sering disebut dengan ziarah. Sebelum
melakukan proses giling tebu, pekerja pabrik melakukan ziarah ke makam mbah
Paleh dan mbah Krandah.
Dari ceritera yang
berkembang di masyarakat mbah Paleh dan mbah Krandah adalah pengikut Kyai
Adipati Djaengrana dari Surabaya (Jawa Timur). Pihak kolonial Belanda tahu
bahwa Djaengrana merupakan orang kuat di Surabaya, maka koloni Belanda berupaya
melumpuhkan Djaengrana dengan cara yang licik. Djaengrana disuruh menghadap
Raja Surakarta (Pakubuwono I), tetapi sesampai disebuah tempat yang sekarang
menjadi kota Sragen. Djaengrana beserta pengikutnya dicegah dengan dalih “jika
ingin menghadap Raja tidak boleh membawa pengikut dan benda-benda pusaka”. Niat
koloni Belanda yang ingin membunuh Djaengrana akhirnya terwujud, sesampai di
Laweyan Surakarta Djaengrana dibunuh, tepatnya tanggal 28 Februari 1709. Para
pengikut Djaengrana menunggu di Sragen yang pada saat itu masih berupa hutan.
Salah satu sesepuh di Sragen yang bernama Beluh menyusul dan mencari tahu
keadaan Djaengrana ke Surakarta tapi Beluh juga dibunuh. Akhirnya Mbah Paleh
dan Mbah Krandah beserta pengikutnya yang lain “mbodro” di Sragen sampai
meninggal dunia.[3]
Pada awal pendirian
pabrik gula Mojo, berada didekat pepunden makam mbah Paleh dan mbah Krandah.
Dan sampai sekarang makam mbah Paleh dan mbah Krandah masih memiliki nilai
spiritual yang tinggi maka tiap tahunnya sebelum memasuki waktu giling tebu
pasti melakukan ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah.
B.
Proses
Berlangsungnya Cembengan di Sragen
Cembengan di Pabrik Gula Mojo ini dilakukan agar proses produksi
berjalan lancar dan hasil produksi dapat mencapai target. Cembengan
dilaksanakan satu tahun sekali biasanya pada bulan April atau Mei dan
dilaksanakan diarea pabrik Mojo. Prosesi cembengan itu terdiri dari beberapa
tahap, yaitu: yang pertama ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah, yang
kedua acara yang sering disebut temanten tebu, dan acara penutup adalah acara
hiburan.
Sebelum memulai tardisi cembengan yang pertama kali dilakukan adalah
berziarah ke makam mbah paleh dan mbah Krandah. Ziarah disini dilengkapi dengan
berbagai macam sesaji yang diperluakan untuk ritual. Makam mbah Paleh dan mbah
Krandah masih dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi karena waktu
pendirian Pabrik Gula Mojo berada didekat pepunden makam mbah Paleh dan mbah
Krandah. Dan pelaksanaan ziarah ini bertujuan agar arwah atau pun roh-roh
leluhur disekitar pabrik dapat tenang dan tidak mengganggu dalam proses
penggilingan tebu yang akan dilaksanakan. Dan banyak yang mengatakan kalau
prosesi ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya korban dari pihak karyawan
pabrik pada saat proses penggilingan.
Dihari yang sama dengan ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah Krandah
adalah prosesi methik (pemetikan) tebu temanten sampai dengan penggilingan tebu
temanten. Tebu temanten itu terdiri dari tebu lanang (laki-laki) dan tebu wedok
(perempuan yang dipethik di kebun tebu. Setelah tebu dipethik, tebu temanten
itu diletakan dikantor tebang angkut yang terletak di kompleks area pabrik gula
Mojo. Setelah memetik tebu temanten menyiapkan perlatan untuk upacara
selametan. Selanjutnya, setelah uborampe (peralatan upacara selamatan lengkap,
dipanjatkan doa bersama yang dipimpin oleh seorang modin dengan ujub (niat)
diberikan keberhasilan sehingga memperoleh keuntungan dan keselamatan karyawan
dan mesin-mesin di Pabrik Gula Mojo. Kemudian, prosesi dilanjutkan dengan
memasukan tebu temanten yang telah disiapkan ke penggilingan. Dan dengan telah
dimasukan tebu temanten ke dalam mesin penggilingan itu berarti musim giling
tebu di Pabrik Gula Mojo telah dimulai.
Setelah prosesi ini selesai, acara syukuran dan ramah tamah dikemas
dalam acara hiburan. Dalam setiap prosesi cembengan pasti tak lepas dari pasar
malam yang diramaikan berbagai penjual dan hiburan. Dengan adanya pasar malam
ini menjadi sarana hiburan tersendiri bagi warga Sragen karena dapat berbelanja
berbagai peralatan seperti, pakaian, peralatan didapur, sandal, sepatu, hiasan
rumah, aksesoris dan lain sebagainya. Dan masyarakat juga dapat terhidur dengan
adanya pasar malam ini karena masyarakat dapat bersenang-senang dengan keluarga
mereka dipasar malam dengan berbagai permainan yang sada seperti kereta mini
atau kereta kelinci, komedi putar, mandi bola, jinontrol, kora-kora dan permainan
lainnya. Bebagai pertunjukkan tradisional seperti Reog dan Tari Gambyong juga
ikut mewarnai semaraknya pesta giling Cembengan ini. Di depan
kantor Pabrik Gula
Mojo, digelar seremoni pembukaan yang dibuka dengan Tari
Gambyong, hiburan Campursari dan Dagelan Kethoprak. Sementara itu di area dalam
Pabrik Gula Mojo yang dipakai sebagai stasiun giling tebu, digelar wayang kulit dengan
Lakon Sri Mulih. Lakon Sri Mulih adalah cerita diluar pakem asli Mahabarata
yang dipentaskan khusus untuk upacara mohon keselamatan atau syukuran. Kisah
ini menceritakan tentang kedatangan Dewi Sri, sebagai ikon
simbol kesuburan dan hasil panen yang melimpah yang mengalah ancaman dari
berbagai malapetaka. Dengan adanya acar hiburan
seperti penampilan tari gambyong, pertunjukan wayang kulit, dan pasar malam itu
dilaksanakan oleh pihak pabrik bertujuan untuk lebih mempererat hubungan antara
Pabrik Gula Mojo dengan Masyarakat yang tinggal disekitarnya. Walaupun tidak semua warga
sekitar mencari nafkah di pabrik gula atau perkebunannya, dengan pesta rakyat cembengan tersebut diharapkan bahwa berkah dari adanya pabrik gula bisa dirasakan
oleh masyarakat secara lebih luas. Bisa dikatakan bahwa pesta rakyat cembengan
sebagai program
cara berhubungan
dengan masyarakat yang sangat cerdas, yang lahir dari leluhur-leluhur
terdahulu. Tidak cuma hiburan, ada aktivitas ekonomi yang berdampak signifikan
dalam perayaan Cembengan ini. Para pengusaha gula dari masa-masa terdahulu,
telah memberikan warisan sebuah pelajaran penting dimana kehadiran sebuah
pabrik gula haruslah tidak hanya berbuah manis bagi pemilik dan karyawannya,
tetapi manisnya bisa dirasakan oleh masyarakat umum disekitarnya.
C.
Pengaruh
Cembengan Dengan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sragen Khususnya Sekitar Pabrik
Gulo Mojo
Muncul atau adanya pelaksanaan suatu tradisi disuatu daerah pasti
membawa pengaruh baik ataupun buruk didaerah tersebut dalam bidang ekonomi,
sosial, maupun budaya. Dan tidak lepas dari itu, tradisi cembengan yang digelar
setahun sekali di kota Sragen pastilah membawa pengaruh untuk daerah ataupun
masyarakat Sragen tersendiri. Dalam pelaksanaan cembengan yang paling Nampak
dipermukaan adalah pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat sekitar
yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar karena tradisi ini
menjadi daya tarik bagi masyarakat Sragen untuk datang ke cembengan dengan
tujuan melihat langsung tradisinya ataupun hanya menikmati hiburan-hiburan yang
ada dalam acara cembengan tersebut. Dengan adanya tradisi cembengan ini
memunculkan berbagai macam lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar yang
sifatnya musiman. Lapangan pekerjaan itu ada yang berhubungan langsung dengan
pabri tebu (penggilingan tebu) ataupun yang berhubungan langsung dengan pasar
malam yang diselenggarakan sebagai sarana hiburan yang diadakan oleh pihak
pabrik dengan tujuan untuk menjaling hubungan yang baik dengan masyarakat.
Selain munculnya lapangan pekerjaan yang baru, cembengan juga mempengaruhi
kebanyakan pekerja ataupun pedagang yang pada awalnya sudah bekerja disekitar
area Pabrik Gula Mojo seperti para pedagang di Pasar Bunder Sragen yang
letaknya disamping Pabrik Gula Mojo dan penyedia jasa angkutan kota.
Pengaruh cembengan dengan kegiatan ekonomi masyarakat Sragen adalah
salah satunya membuka lapangan pekerjaan musiman yang artinya pekerjaan yang
hanya muncul atau dapat dikerjakan pada musim giling tebu ataupun pada saat
prosesi cembengan digelar. Pekerja musiman ini mencakup pekerja dalam pabrik
ataupun pekerja luar pabrik. Pekerja dalam cakupan dalam pabrik ini adalah
pekerja yang membantu dalam proses penggilingan tebu, karena pada masa giling
tebu ini membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak dari pada jumlah normal
tiap harinya. Selain karyawan tetap tenaga kerja musiman yang terserap karena
beroperasinya Pabrik Gula Mojo ini sekitar 20an ribu pada tiap tahunnya. Dan
itu bukanlah jumlah yang sekikit bagi masyarakat Sragen. Selain memimbulkan
pekerjaan musiman dalam pabrik, hal tersebut juga menimbulkan lapangan
pekerjaan baru disekitar pabrik, contohnya itu adalah warung yang muncul karena
mengetahui bahawa musim giling tiba dengan banyak pekerja pabrik dan adanya
cembengan yang menarik banyak orang. Jadi munculnya warung-warung baru itu
menyediakan kebutuhan konsumen dan para pedagang itu mampu membaca atau
memprediksikan kalau berjualan pada saat-saat seperti itu akan sangat
menguntungkan dan menghasilkan laba yang lebih besar dari pada hari biasanya.
Jadi dengan adanya tradisi cembengan yang dilakukan pada musim giling tebu itu
menyebabkan munsulnya lapangan pekerjaan musiman yang sangat dinanti oleh para
masyarakat sekitar karena melihat keuntungan yang besar dan meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar secara langsung maupun secara tidak langsung.
Selain menimbulkan lapangan pekerjaan musiman, tradisi cembengan dan
musim giling tebu ini memberikan keuntungan yang lebih besar bagi
pekerja-pekerja disekitarnya dan dapat dikatakan peningkatan keuntungan musiman.
Peningkatan keuntungan ini dirasakan paling nampak oleh pekerja disekitar
Pabrik Gula Mojo dan peningkatan keuntungan ini paling banyak dirasakan di Pasar
Bunder Sragen, karena Pabrik Gula Mojo dengan Pasar Bunder Sragen letaknya
bersebelahan. Peningkatan keuntungan itu dirasakan oleh para pedagang dipasar
walaupun tidak semua pedagang tetapi sebagian besar pedagang merasakan
keuntungan karena musim cembengan. Pedagang yang merasa mendapat keuntungan itu
biasanya pedagang yang menjual makanan dan minuman, pedagang buah, pedagang
jajan pasar, dan pedagang lainnya. Tetapi ada beberapa pedagang yang merasa
keuntungannya menurun karena adanya cembengan, pedangan itu mencakup pedagang
pakaian, sandal, dan pedagang-pedagang yang barang jualannya juga dijual atau
terdapat didalam pasar malam. Selain para pedagang peningkatan keuntungan juga
terjadi pada tukang parkir. Hal itu disebabkan karena cembengan mampu menjadi
daya tarik tersendiri oleh masyarakat dan menyebabkan masayarakat datang
berkunjung kecembengan. Hal tersebut mempengaruhi pendapatan tukang parkir
dengan meningkatnya jumlah kendaraan pribadi yang dititipkan pada saat orang
memasuki area pabrik dan hal tersebut sangat mempengaruhi keuntungan tukang
parkir. Dan peningkatan itu akan memuncak pada malam hari khususnya malam
minggu ataupun malam hari libur. Pengunjung yang datang ke cembengan tidak
semua menggunakan kendaraan pribadi ada banyak diantara mereka yang mengunakan
jasa angkutan kota/angkutan umum, para pengunjung yang rumahnya berada jauh
dari pusat kota itu biasanya datang ke cembengan menggunakan angkutan umum. dan
hal itu meningkatkan pendapatan pekerja angkutan umum pada musim cembengan.
Jadi pengaruh dari tradisi cembengan dan musim giling tebu ini dapat dirasakan
oleh masyarakat sekitar dengan cara meningkatakan pendapatan pekerja yang ada
disekitar pabrik seperti pedagang, tukang parkir dan jasa angkutan umum karena
tradisi cembengan memiliki daya tarik tersindiri untuk masyarakat Sragen. Dan
dengan adanya musim giling tebu ini membuka lapangan pekerjaan musiman pada
saat proses penggilingan tebu menjadi gula yang membutuhkan pekerja tambahan
yang jumlahnya cukup banyak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tradisi cembengan adalah tradisi pada saat musim giling tebu yang masih
berjalan sampai sekarang di Pabrik Gula Mojo Sragen. Tradisi ini dilaksanakan
setahun sekali oleh pihak pabrik biasanya jatuh pada bulan April atau Mei.
Tradisi ini dibawa pertama kali oleh pekerja pabrik yang dulu pada awalnya
berasala dari Cina. Dan fungsi tradisi cembengan ini adalah untuk menghindari
adanya korban saat pekerja melaksanakan proses giling tebu dan untuk membuat
suatu hubungan yang baik dengan adanya cembengan serta untuk membuat pandangan
masyarakat bahwa pabrik gula yang kuno dan angker itu berkurang atau hilang.
Pada saat pelaksanaan tradisi cembengan ada beberapa tahapan prosesi yang
dilaksanakan yaitu ziarah ke makam mbah Paleh dan mbah krandah, tebu temanten,
dan acara hiburan seperti pasar malam, wayangan dan tari gambyong.
Munsulnya tradisi ini tiap tahunnya membawa pengaruh dalam segi ekonomi
bagi masyarakat sekitar yang sifatnya membuka lapangan pekerjaan baru atau
meningkatkan penghasilan pekerja yang bekerja disekitar pabrik. Tardisi
cembengan digelar pada saat musim giling dipabrik jadi pada saat musim giling
ini pihak pabrik membutuhkan pekerja musiman untuk membantu proses pengilingan
tebu, dan hal itu selalu diikuti dengan munculnya warung-warung disekitar
pabrik yang menyediakan kebutuhan para pekerja seperti makanan, rokok dan
lain-lain. Adanya cembengan juga berpengaruh pada pendapatan pekerja sekitar
pabrik khususnya yang berdomisili di Pasar Bunder Sragen. Pendapatan pekerja
yang berpengaruh adalah pendapatan pedagang, tukang parkir dan pendapatan para
pemilik jasa angkutan umum kota Sragen.
B.
Saran
Tradisi
Cembengan merupakan sebuah tradisi yang mencirikan suatu masyarakat disekitar
pabrik gula masih memegang teguh tradisi ataupun simbol-simbol Jawa. Dan atas
dasar itu semoga dari pihak Pabrik Gula Sragen dan masyarakat Sragen selalu
menjaga dan melestarikan tradisi Cembengan untuk kedepannya. Untuk para
pedagang ataupun para pengunjung yang berdatangan ke cembengan diharapkan ke
tenangannya dan dapat menjaga keamanannya karena tradisi ini sifatnya sakral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar