Senin, 23 Juni 2014

PEMERINTAHAN THE GREAT LOUIS XIV DALAM PERSPEKTIF SOSIAL EKONOMI DAN SOSIAL POLITIK


Louis XIV merupakan raja Prancis yang memiliki masa jabatan paling lama diantara raja-raja Prancis sebelumnya. Beliau menjabat selama kurang lebih 72 tahun sejak berumur 5 tahun hingga meninggal pada umur 76 tahun. Louis XIV adalah anak dari Louis XIII dengan Anne yang lahir pada tanggal 5 September 1638 dan meninggal pada tanggal 1 september 1715. Louis XIV tumbuh tanpa pengawasan dan kasih kasang ayahnya karena Louis XIII meninggal saat Louis XIV berusia 5 tahun dan saat itu juga Louis XIV diangkat menjadi raja tetapi karena raja kecil itu masih terlalu muda, maka diwakilkan oleh seorang kardinal muda yang bernama Mazarin. Pada usia 22 tahun, setelah kematian Mazarin pada tanggal 9 Maret 1661, Louis XIV mengumumkan untuk memimpin sendiri pemerintahannya tanpa seorang perdana menteri. Louis XIV adalah seorang yang cerdas tetapi memiliki sifat congkak. Louis menjalankan pemerintahan berlandaskan pada monarki yang menganggap kekuasaanya sebagai hak ilahi.

Pemerintahan Louis XIV jika dilihat dari perspektif sosial ekonomi dan sosial politik adalah sebagai berikut:
1.      Pemerintahan Louis XIV dalam Perspektif Sosial Ekonomi
Pada masa pemerintahan Louis XIV ini dalam bidang ekonomi Louis XIV dibantu oleh Colbert sebagai menteri ekonomi dan keuangan Prancis. Colbert memiliki ambisus yang besar dalam melaksanakan tugasnya sebagai menteri ekonomi dan keuangan Prancis dan beliau memanfaatkan masa damai selama 12 tahun (tahun 1660-1667) untuk meningkatkan perekonomian Prancis. Beliau mampu menjaga kestabilan ekonomi Prancis dengan cara mengurangi pengeluaran negara dan menambah pemasukan negara. Hal yang diterapkan beliau dalam menjaga kestabilan ekonomi ini adalah dengan bersikap lebih adil dalam pemungutan pajak, orang yang miskin membayar pajak sedikit dan yang kaya membayar pajak lebih besar.
 Kestabilan ekonomi di Prancis ini tidak mampu bertahan lama karena pada saat mulai terjadi perang diluar negeri pada tahun 1672. Dan hal itu mempengaruhi keuangan dalam negeri Prancis dan membuat krisis ekonomi. Tetapi Colbert tidak tinggal diam, beliau mulai menaikan pajak dan membuat pajak-pajak baru serta menjual pos-pos jabatan dan menggali dana pinjaman. Tetapi hal itu tak mampu mengatasi masalah krisis keuangan tersebut.
Setelah hal itu dirasa tidak mampu memulihkan ekonomi Prancis, Colbert menetapkan kebijakan:
a.       Menertibkan industri dan perdagangan, termasuk di dalamnya sektor pertanian
b.      membangun angkatan laut yang tangguh utk melindungi perdagangan
c.       kolonisasi yg berpotensi meningkatkan kemakmuran Prancis.
Saat terjadinya Revolusi Prancis yang memungkinkan terjadinya transisi kekuasaan dari raja dan gereja kepada para merchant atau kaum saudagar. Era dimana kaum saudagar berkuasa inilah yang disebut merkantilisme. Kaum merkantilisme sesuai namanya, sangat mengagung-agungkan pedagangan dan perniagaan untuk mencapai tingkt kemakmuran. Menurut mereka, kemakmuran negara bisa diperoleh dari surplus ekspor atau impor. Semakin besar surplus ekspor atas impor (yang dibayar dalam bentuk batangan emas), semakin tinggi kemakmuran negara tersebut. Pandangan ini dikemukakan oleh Jean Baptist Colbert, menteri ekonomi dan keuangan Prancis pada era kekuasaan Raja Louis XIV.[1]
Colbert merupakan pelopor ekonomi merkantilisme. Beliau menata kegiatan produksi seperti pabrik yang berorientasi eksport. Untuk meningkatkan simpanan devisa dengan cara mengekspor barang keluar negeri. Kebijakan pertumbuhan industri dan perdagangan adalah branding Prancis untuk menyalurkan barang-barang industri di kawasan koloni. Dengan demikian Colbert dapat menekan import dengan menaikan bea-import secara drastis, berefek terhadap cadangan devisa negara. Tetapi hal tersebut mendapat tantangan dari Belanda dan Inggris karena terapkan sistem dumping dalam sistem ekonominya. Akibatnya, timbul perang Prancis dan negara yang dirugikan (Belanda dan Spanyol), serta sikap teramat hati-hati dikalangan mercant atau bangsawan yang lebih suka membeli tanah atau membeli pos jabatan dari pada menginvestasikan modalnya kedalam usaha-usaha industri dan perdagangan.
Keberhasilan Colbert dalam menata perekonomian negara, memacu Prancis untuk memperluas koloni, utk mencari kesepadanan kekuatan dgn Inggris. Pada masa Colbert itu Louis XIV disebut sebagai Louis the Great (The Great Louis XIV).
Analisis:
Jadi jika dilihat pemerintahan Louis XIV dalam bidang sosial ekonomi ini sangat berpengaruh dengan adanya Colbert yang menjabat sebagai menteri ekonomi dan keuangan yang mampu menyetabilkan keadaan ekonomi pada masa pemerintahan Louis XIV walaupun pada akhirnya goncangan-goncangan mulai muncul saat terjadi perang diluar negari Prancis yang berdampak pada keuangan Prancis. Dengan hal itu membuat ekonomi Prancis menjadi krisis dan Colbert menggunakan sistem ekonomi tradisional untuk mengatasinya, dengan cara menjual jabatan dan meningkatkan pajak. Tetapi hal tersebut tidak mampu mengatasi masalah krisis ekonomi dan Colbert mulai menerapkan sistem ekonomi merkantilisme dengan meningkatkan prosuk ekspor untuk menambah devisa dalam negeri. Colbert menggunakan sistem dumping dalam ekspor dan impor dan hal ini membuat negara saingannya menjadi cemas dan muncul tantangan dari Belanda dan Inggris ampai akhirnya muncul perang.
Perekonomian pada masa pemerintahan Louis XIV ini bisa dikatakan baik jika dibandingkan dengan pemerintahan sebemnya ataupun sesuadahnya walaupun krisis dan ketidak stabilan ekonomi pada akhirnya muncul dan membuat perekonomian Prancis terpuruk hingga akhir pemerintahan Louis XIV.
2.      Pemerintahan Louis XIV dalam Perspektif Sosial Politik
Louis XIV memegang semboyan “L’etat C’est Moi” berarti negara adalah saya, hal ini memperlihatkan bahwa raja, ataupun pemimpin memiliki kekuasaan yang penuh, sehingga dia melambangkan dirinya sebagai negara. Tidak hanya itu titel yang dia berikan pada dirinya sendiri. Louis XIV menyatakan bahwa dirinya sebagai “ Le Roi Soleil” artinya Raja Matahari. Maksudnya bahwa dia adalah terang yang menerangi seluruh negerinya serta negara-negara lain didunia ini. Hail ini pasti tidak mungkin. Tetapi ungkapan-ungkapan begini timbul dikarenakan bahwa pemimpin atau raja tersebut mau menyatakan betapa dia itu adalah raja berkuasa, dan tidak bisa berbuat salah.[2]
Dari semboyan diatas menunjukan simbol kekuatan absolut oleh Louis XIV. Beberapa karakteristik yang menjadi lambang dari absolutisme di masa Louis XIV adalah pemerintahan tanpa undang-undang, tanpa Dewan Legislatif, tanpa kepastian hukum, tanpa anggaran belanja pasti, serta tanpa dibatasi oleh kekuasaan apapun. Selain itu, sistem otonomi daerah juga absen selama masa pemerintahannya. Louis menghancurkan pemerintahan lokal dan kota yang independen dengan mendirikan berbagai dewan kotapraja yang diketuai oleh intendant. Intendant merupakan pengawas yang mewakili Louis. Dengan demikian, pemerintah pusat memegang kendali penuh terhadap daerah.[3]
Walaupun pemerintahan Louis XIV memutuskan segala sesuatu sendiri tetapi tetap membutuhkan pembantu dalam menjalankan suatu negara. Louis XIV mencari pembantu negara bukan dari kalangan keluarga ataupun pendeta melainkan dari kalangan rakyat biasa yang baru saja dianugerahi gelar bangsawan yang terikat olehnya dan merasa berhutang budi. Dan tim pembantu yang diwariskan Mazarin itu ada yang dipertahankan dan ada yang diberhentikan sesuai dengan kemapuan masing-masing pekerja. Menetapkan 4 menteri utama dalam bidang keuangan, pertahanan, pekerjaan umum, dan kelautan. Louis XIV mengadakan pertemuan pemerintahan setiap seminggu sekali untuk mengawasi tim pembantu dalam pemerintahan. Louis XIV menghapuskan pemerintahan lokal dan memusatkannya pada pemerintahan pusat agar semua dapat Louis XIV langsung yang menangani.
Analisi:
Louis XIV adalah deorang raja yang memegang teguh prinsip absolutisme dalam pelaksanaan politik pemerintahan di Prancis. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya pernyataan Louis yang menyebutkan bahwa “negara adalah saya” yang menggambarkan bahwa seorang pemimpin itu memiliki kekuatan penuh dalam melaksanakan politik pemerintahan ataupun urusan lainnya dalam suatau negara. Dan menganggap dirinya sebagai raja matahari yang berarti bersinar dan mampu menyinari Prancis dan negara disekitarnya. Louis XIV menghapuskan pemerintahan lokal dan memindahkannya menjadi satu dengan pemerintahan pusat agar Louis XIV lah yang mampu memegang sendiri politik pemerintahannya. Pada masa pemerintahannya di Prancis tidak ada Undang-Undang yang berlaku dan menyebutkan bahwa apa yang Louis XIV katakan adalah hukum, jadi semua yang keluar dari mulut Louis XIV adalah benar dan wajib dipatuhi oleh semua rakyat Prancis. Dan kekuasaan menghentikan pembentu negara ada ditangan Louis XIV, jika Louis XIV menganggap sesorang sudah tidak kompeten atau sudah melakukan kesalahan menurut pandangannya, maka dengan berbagai cara Louis XIV akan menghentikan orang tersebut dalam sistem politik pemertahan.


[1] Deliarnov. Ekonomi Politik. (Penerbit Erlangga, 2006). Hlm 22-23.
[2] Maria Hermiyanti Sugiarto,  Cinta Nefertiti/Kumpulan tulisan Maria Hermiyanti Sugiarto. (Jakarta: Balai Pustaka, 1993).  hlm 59.
[3] http://soclidu.wordpress.com/2013/04/12/raja-louis-xiv-dan-sebuah-refleksi-historis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll