BAB I
PENDAHULUAN
Konflik sering kali muncul di negara-negara kawasan Timur Tengah, diawali
sejak masa suku-suku yang mendominasi dan menjadi actor dalam berkonflik
ataupun berperang, sampai saat inipun perang dikawasan Timur Tengah belum
berhenti. Sehingga wilayah penyuplai minyak terbesar didunia ini disebut
kawasan yang panas akan konflik. Berbagai macam konflik ataupun perang muncul
diwilayah ini, namun dalam tulisan ini saya akan menjelaskan seluk beluk perang
yang terjadi antara Irak dan Iran yang terjadi pada tahun 1980 sampai tahun
1988 yang sering disebut dengan Perang Teluk I.
Pecahnya perang antara Irak dan Iran ini pada 22 September 1980 . perang
ini terjadi karena dari kedua belah pihak saling memperebutkan haknya atas apa
yang sudah diklaim oleh masing-masing negara. Selain itu perbedaan ideologi
antar kedua belah pihak juga sangat berpengaruh. Perang ini tidak hanya dua
negara (Irak dan Iran) yang terlibat melainkan negara-negara dikawasan Timur Tengah juga terlibat.
Keterlibatan negara-negara di Timur Tengah dalam perang ini menyebabkan
produksi minyak menurun. Dan dengan menurunnya produksi minyak di kawasan ini ikut
menyeret keterlibatan dua kekuatan super power yaitu Amerika Serikat dan Uni
Soviet dengan segala akibatnya. Kawasan Teluk Persi menjadi pusat perimbangan
kekuatan global karena terjadinya perang itu. Karena hal-hal tersebut diatas
dalam tulisan ini saya akan menjelaskan penyebab ataupun latar belakang terjadinya
Perang Teluk I, penyebab perang teluk I berjalan selama 8 tahun, dan yang
terakhir adalah intervensi asing pada Perang Teluk I.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang atau Penyebab
Terjadinya Perang Teluk I
Adapun berbagai penyebab terjadinya
perang antara Irak dan Iran antara lain, adalah:
- Sengketa antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah negara yang tak pernah akur.
Berlarut-larutnya
permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia (terletak di lembah sungai
Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan
Persia atau negara Iran modern. Yang pertama
ialah persaingan dsn ketegangan Bangsa Arab dan Bangsa Parsi, yang satu tidak
dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain. yang kedua ialah masalah minoritas etnis. Pada zaman shah Iran mendukung
perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas etnis
Arab di Iran yang memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau pemisah, dan
yang ketiga ialah perbedaan orientasi
politik luar negeri. Sampai beberapa waktu yang lalu Irak adalah Pro Uni
Soviet, dan Iran adalah Pro Barat.
- Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran
Pertama,
persengketaan Sungai Shatt Al Arab[1],
sungai tersebut berperan penting bagi
Irak karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut. Karena
letaknya yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke
Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum
perang antara kedua negara meletus, pada tahun 1975 sempat meredakan ketegangan
antara kedua belah pihak karena berkat perjanjian Algiers[2].
Kedua
adalah Provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi
wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di
tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh
Inggris. Dengan begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka
masing-masing.[3]
- Munculnya Revolusi Islam oleh Iran
Pada masa pemerintahan
Khomeini yang berambisi dan juga berusaha mengekspor revolusi islamnya
kenegara-negara lain dan Irak menjadi sasaran yang pertama karena di Irak
minorotas Sunni menguasai dan menindas mayoritas Syiah dan minoritas Kurdi yang
secara etnik linguistic dekat dengan bangsa Persi. Selain itu Khoeini menaruh
dendam terhadap rezim di Bagdad yang pada tahun 1978 mengusirnya dari Irak
karena dia berkampanye melawan pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu
pemerintah Iran menghasut umat Syiah dan Suku Kurdi di Irak untuk memberontak
dan merebut kekuasaan serta membentuk suatu republic Islam menurut pola
Republik Islam Iran. Dilain pihak Bagdad menghasut minoritas Kurdi di Irak
untuk mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan otonominya, dan membantu
sejumlah jendral Iran dan pengikut-pengikutnya Bakhtiar di pengasingan untuk
menyusun kekuatan guna menumbangkan kekuasaan Khomeini.[4]
Irak
di bawah kendali Saddam Hussein dan
Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah
Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A.
Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai
penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain
untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil
keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam
untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran dan
menambah sumber minyak Irak.
Dengan
kekhawatiran-kekhawatiran tersebut maka tak heran jika muncul tindakan-tindakan
yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada puncaknya.
- Percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak
Pertengahan
tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri
Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang
diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut dan mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran
keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil
menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang
menjadi salah satu faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.[5]
- Penyebab khusus terjadinya Perang Teluk I antara lain:
a.
Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980
terhadap wakil Perdana Menteri Irak Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab
atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.
b.
Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam,
serta melancarkan serangan yang sengit terhadap pribadi Khomeini dan
membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji
untuk menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan
diplomatic.
c.
Kedua negara saling menempatkan pasukan masing –
masing di daerah perbatasan dalam jumlah yang cukup besar.[6]
d.
Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah
negara.
e.
Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara
sepihak membatalkan Perjanjian Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam
Hussein merasa bahwa Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak, pada saat
pembuatan perjanjian itu kedua belah negara tidak dalam posisi yang seimbang
dimana Irak pada waktu itu sebagai negara yang kalah dengan Iran. kemudian Iran
melihatnya sebagai pernyataan perang pada 20 September 1980.
Menurut para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang
dilakukan Saddam ke Iran, pertama,
adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap kemungkinan
menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua, ambisi Saddam Hussein untuk bisa
tampil sebagai pemimpin Arab.[7]
,
B.
Penyebab Terjadinya Perang
Teluk Selama 8 Tahun
Pada awal penyerangan yang dilakukan oleh Irak ke Iran yang disebabkan
oleh beberapa penyebab seperti yang dituliskan diatas. Pada awal penyerangan
Irak, Irak memperhitungkan bahwa Irak akan mudah mematahkan perlawan Iran dan
dengan cepat mencapai sasaran ofensifnya. Karena Iran setelah revolusi pimpinan
Ayatullah Khoemeini menyebabkan, kemampuan mililier Iran turun dratis, angakatan
bersenjata dibenci dan dicemooh oleh rakyat
sebagai alat yang digunakan Shah Reza untuk menindas rakyat. Akibatnya
adalah sekitar 60% anggotanya melakukan desersi, sedangkan banyak perwira
senior dihukum mati, dipenjara atau dipensiunkan. Moral pasukan-pasukan Iran
sangat merosot. Selain itu sebagai akibat pecahnya krisis dengan Amerika
Serikat, angkatan bersenjata Iran mengalami banyak kesulitan dalam hal latihan,
perawatan perlengkapan militer, suplai suku cadang serta amunisi.
Dalam hal ini Saddam Hussein (Irak) hanya bermaksud untuk menguasai
beberapa kota penting untuk memperkuat kedudukannya di meja perundingan. Dan
memberi peluang kepada oposisi dalam negeri untuk memberontak dan menumbangkan
rezim Khomeini serta membentuk suatu pemerintahan yang bersahabat. Apabila
strateginya tersebut berhasil presiden Saddam Hussein akan muncul sebagai
pemimpin dunia Arab dan Irak menjadi kekuatan dominasi di kawasan Teluk.
Sebagian besar negara Arab tidak senang dengan rezim Khomeini karena berusaha
mengekspor revolusi Islam Iran kenegara-negara lainsehingga mengganggu
kestabilan dan keamanan mereka. Kedudukan dominan dikawasan Teluk dan
kepemimpinan di Dunia Arab tersebut rupanya juga ikut mendorong Irak untuk
menyerbu Iran. Dengan demikian maka perang Irak dan Iran juga untuk perebutan
kekuasaan regional.[8]
Perhitungan Irak ternyata salah, dengan memandang remeh Iran dengan
keadaan negara tersebut yang masih sangat kacau ternyata Iran memberikan
perlawanan gigih dan melancarkan serangan-serangan udara dan laut sebagai
pembalasan. Namun Irak berhasil merebut daerah-daerah minyak Iran yang vital
biarpun lamban. Karena yakin akan dapat mengusir pasukan-pasukan Irak, Iran
sejauh ini menolak tawaran Irak untuk mengakhiri peprangan dan menyelesaikan
sengketa mereka secara damai maupun usaha-usaha penengahan. Sehingga perang
yang awalnya diprediksikan Irak akan mampu memenangkan perang dengan waktu
singkan tetapi malah yang terjadi peperangan itu berjalan selama 8 tahun.
Jadi penyebab perang Irak Iran itu terjadi selama 8 tahun adalah, pertama, dugaan Irak salah yang
menganggap perang akan berakhir cepat dan meremehkan kekuatan Iran yang sedang
kacau, kedua, Irak berhasil merebut
daerah-daerah minyak di Iran walaupun lamban tetapi Irak masih optimis untuk
tujuannya menguasai sebagian wilayah islam dan mendominasi kekuatan bangsa
Arab, yang ketiga adalah Iran menolak
tawaran Irak untuk mengakhiri konflik dan menyelesaikan sengketa secara damai
maupun usaha penengahan karena Iran tetap optimis akan memenangkan perang
tersebut. Dari keegoisan kedua belah pihak inilah yang membuat Perang Teluk I
terjadi hingga waktu yang cukup lama yaitu 8 tahun.
C.
Intervensi Asing dalam Perang Teluk I
Jika ditanya adakah ada intervensi[9]
asing pada Perang Teluk I, dari pengertian intervensi sendiri yang saya
tangkap bahwa jika dilihat dalam keadaan yang terjadi pada Perang Teluk I ini
maka campur tangan negara asing yang terjadi ini belum dikatakan sebagai intervensi karena banyak campur tangan
yang dilakukan oleh negara lain bahkan dari bangsa Arab sendiri yang bertujuan
untuk memperjuangkan nasib bangsa Arab (dengan cara membela Irak) bukan
intervensi asing karena masalah ini juga menjadi masalah-masalah bangsa Arab
karena mereka berada dalam satu lingkup bangsa Arab dan bangsa-bangsa pengimpor
minyak dari kawasan ini atau negara super power untuk meredakan konflik yang ada
disana. Dan dari banyak sumber yang mengatakan bahwa intervensi itu hamper muncul dari Uni Soviet tetapi dapat dicegah
oleh pasukan Amerika Serikat. Berikut penjelasan yang lebih lengkap.
Pertama, dukungan yang dilakukan
bangsa Arab untuk Irak banyak terjadi karena bangsa Arab menginginkan jatuhnya
rezim Khomeini dan munculnya suatu pemerintahan baru yang bersedia menghormati
asas-asas bertetangga. Raja Hussein dari Yordania adalah yang paling tegas
mendukung Irak dan menjajikan bantuan kepadanya. Hal ini dapat dimengerti
karena sejak beberapa waktu antara kedua negara ini terjalin hubungan baik.
Akan tetapi juga Raja Khaled dari Arab Saudi menyatakan dukungannya bagi Irak
dalam “pertempuran Pan-Arabnya dan dalam konfliknya dengan Parsi, musuh bangsa
Arab”. Demikianpun Kwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab menaruh simpati atas
perjuangan Irak. Dukungan untuk Irak itu dikukuhkan pada pertempuran puncak
Arab di Amman.
Akan tetapi peprangan itu juga menimbulkan kekhawatiran dikalangan bangsa
Arab, karena bisa melibatkan mereka dan menimbulkan banyak krugian bagi mereka.
Pada 29 September PM Ali Rajai mengancam akan mengambil tindakan-tindakan
terhadap negara-negara yang membantu Irak. Namun Yordania tetap pada
pendiriannya dan meneruskan persiapan-persiapannya untuk membantu Irak.
Pelabuhannya di Aqaba tetap tersedia bagi keperluan Irak dan wilayahnya
digunakan untuk mengangkut suplai bagi Irak yang dibongkar di pelabuhan itu.
Selain itu 40.000 pasukannya telah dipersiapkan untuk membantu Irak. Berkat
sikap Yordania itu, Irak dapat mengerahkan lebih banyak pasukan dan
persenjataan ke wilayah Iran.[10]
Dalam hal tersebut diatas belum ditermasuk intervensi asing karena bangsa-bangsa Arab ikut campur dalam
peperangan untuk menumpas Revolusi Islam yang dilakukan oleh Iran dan kebaikan
demi kedaiman di seluruh wilayah Bangsa Arab. Dan tujuan bangsa Arab itu masih
ada urusannya dengan kesua belah pihak.
Kedua, Amerika Serikat dan Uni
Soviet tidak hanya mengikuti jalannya peperangan dengan seksama tetapi juga
mengambil langkah-langkah untuk mengamankan kepentingan-kepentingan mereka dan
mungkin juga memperbaiki kedudukan masing-masing. Bagi Washington, Krisis Teluk
I juga merupakan suatu peluang memulihkan kedudukannya dikawasan. Demikian juga
bagi saingannya Uni Soviet bisa terbuka kesempatan untuk membantu unsur-unsur
kiri di Irak maupun di Iran apabila terjadi perebutan kekuasaan akibat
kekalahan dalam peperangan tersebut. Keberhasilan golongan kiri untuk merebut kekuasaan
disalah satu negara akan memperbaiki kedudukan Uni Soviet di kawasan, terutama
jika Uni Soviet berhasil menempatkan orang-orangnya pada puncak kekuasaan
seperti terjadi di Afganistan.
Amerika Serikat dan Uni Soviet telah sepakat untuk tidak campur tangan
dalam peperangan ini. Pertama, karena menyadari bahwa intervensi yang satu akan
memancing intervensi antar mereka. Kedua, keterlibatan Amerika Serikat dan Uni
Soviet dalam perang ini hanya akan mempersulit penyelesaian sengketa Irak dan
Iran. Ketiga, jika Amerikia Serikat dan Uni Soviet melakukan intervensi dalam
Perang Teluk I, maka akan dikutuk oleh negara-negara lain yang berusaha
membetasi konflik tersebut dan menyelesaikannya secara damai. Selanjutnya kedua
superpower berkepentingan bahwa peperangan tetap terbatas pada kedua negara dan
tidak ada pihak yang keluar sebagai pemenang.[11]
Pada saat terjadinya Perang Teluk I ini Uni Soviet sempat terhasut untuk
melakukan invasi ke dalam perang namun hal tersebut dapat diatasi oleh
Whasington dan Amerika Serikat. Setelah terjadinya hal tersebut Amerika Serikat
melakukan pengawasan intensif pada perang tersebut agar tidak ada intervensi
asing yang masuk dan membuat perang semakin parah. Jadi di sini jelas sekali
bahwa negara-negara asing ataupun negara super power tidak menginginkan perang
yang berkepanjangan dan berusaha menyetabilkan keadaan disana serta mencehan
semua intervensi asing masuk didalamnya karena mereka menjaga kepentingannya
disana yaitu minyak.
BAB III
KESIMPULAN
Latar belakang terjadinya Perang Teluk I antara lain sengketa
antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah negara
yang tak pernah akur, persengketaan
wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran, munculnya Revolusi Islam oleh
Iran, percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak, dan penyebab-penyebab khususn lainnya
yang mendorong terjadi Perang Teluk I (serangan granat pada tanggal 1
April 1980, pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, kedua negara saling
menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam jumlah yang
cukup besar, perang
pers dan media masa antar kedua belah negara, presiden Saddam Hussein secara
sepihak membatalkan Perjanjian Algiers tahun 1975). Menurut para pengamat ada
dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan Saddam ke Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa
negara Arab terhadap kemungkinan menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara
Arab. Dan yang kedua, ambisi Saddam
Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.
Penyebab perang Irak dan Iran itu terjadi selama 8 tahun adalah, pertama, dugaan Irak salah yang
menganggap perang akan berakhir cepat dan meremehkan kekuatan Iran yang sedang
kacau, kedua, Irak berhasil merebut
daerah-daerah minyak di Iran walaupun lamban tetapi Irak masih optimis untuk
tujuannya menguasai sebagian wilayah islam dan mendominasi kekuatan bangsa
Arab, yang ketiga adalah Iran menolak
tawaran Irak untuk mengakhiri konflik dan menyelesaikan sengketa secara damai
maupun usaha penengahan karena Iran tetap optimis akan memenangkan perang
tersebut. Dari keegoisan kedua belah pihak inilah yang membuat Perang Teluk I terjadi hingga waktu
yang cukup lama yaitu 8 tahun.
Pada Perang Teluk I ini maka campur tangan
negara asing yang terjadi ini belum dikatakan sebagai intervensi karena banyak campur tangan yang dilakukan oleh negara
lain bahkan dari bangsa Arab sendiri yang bertujuan untuk memperjuangkan nasib
bangsa Arab (dengan cara membela Irak) bukan intervensi asing karena masalah
ini juga menjadi masalah-masalah bangsa Arab karena mereka berada dalam satu
lingkup bangsa Arab dan bangsa-bangsa pengimpor minyak dari kawasan ini atau
negara super power untuk meredakan konflik yang ada disana. Dan dari banyak
sumber yang mengatakan bahwa intervensi
itu hamper muncul dari Uni Soviet tetapi dapat dicegah oleh pasukan Amerika
Serikat.
[1]
Sungai Shatt Arab merupakan sungai dengan panjang kurang
lebih 200 km yang terbentuk dari pertemuan Sungai Efrat & Tigris di kota
Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang mengarah ke
Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan Irak dan Iran.
[2]
Perjanjian Algiers dalam konteks ini menyatakan bahwa “Iran akan menghentikan
dukunganny pada pemberontakan Suku Kurdi dan
perbatasan Shatt Al-Arab digeser dari tepi Timur ke tengah perairan”.
[3] http://danzberdikari.blogspot.com/2012/12/tragedi-perang-berdarah-irak-iran-1980.html
[4]
Daliman. BPK: Sejarah Asia Barat Daya.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia : Universitas sebelas
Maret Surakarta, 1933), hlm, 78-79
[5] http://danzberdikari.blogspot.com/2012/12/tragedi-perang-berdarah-irak-iran-1980.html
[6] http://ishaljulitabowo.blogspot.com/2012/04/perang-teluk-1-1980-1988-perang-iran.html
[7]
M Riza Sihbudi. Dinamika Revolusi Iran Sejak Jatuhnya Syah hingga
Wafatnya Khomeini. Jakarta (Jakarta: Pustaka Hidayat, 1989) , hlm, 111-112
[8]
Isawati. Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia Barat Daya Jilid I. (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2012), hlm, 111-112
[9]
Intervensi adalah sebuah istilah dalam dunia politik
dimana ada negara
yang mencampuri urusan negara lainnya yang jelas bukan urusannya. Adapula
definisi intervensi adalah campur tangan yang berlebihan dalam urusan politik,
ekonomi,
sosial
dan budaya.
Sehingga negara yang melakukan intervensi sering dibenci oleh negara-negara
lainnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Intervensi)
[10]
Daliman. BPK: Sejarah Asia Barat Daya.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia : Universitas sebelas
Maret Surakarta, 1933), hlm, 90-91
[11]
Isawati. Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia Barat Daya) Jilid I. (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2012), hlm, 127-128.
good
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
itu namanya intervensi bahlul...
BalasHapusperang Iran Vs Iraq dipicu konflik perbatasan
BalasHapus