Senin, 23 Juni 2014

POSISI WARUNG TRADISIONAL DITENGAH MODERNISASI DI KOTA SRAGEN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Belanja bukan lagi hanya sekedar mencari dan membeli barang, namun belanja juga untuk berekreasi atau melepas rutinitas keseharian. Keamanan, kenyamanan, kemudahan dan faktor gengsi telah menggeser perilaku orang belanja. Fenomena ini tidak disia-siakan bagi pengelola bisnis industri ritel untuk mendirikan usahanya seperti super market, hypermart, dan minimarket yang semakin menjamur dikota-kota besar, bahkan dikabupaten-kabupaten kecilpun pertumbuhannya bisa dikatakan sangat pesat. Pasar tradisional yang sekarang ini pertumbuhannya paling pesat adalah minimarket.

Pertumbuhan minimarket dikatakan tidak efisien karena disatu daerah jika muncul minimarket berlebel “A” maka beberapa meter kemudian atau didepannya pasti akan muncul juga minimarket berlebel “I” dan letak antara satu minimarket dengan minimarket lain yang saling berdekatan dan hamper disetiap wilayah ada tersebut yang meresahkan pedagang warung tradisional. Untuk saat ini mungkin baru minimarket penyedia kebutuhan sehari-hari yang banyak berkembang di daerah-daerah. Tapi hal itu memiliki dampak besar bagi warung tradisional yang mulanya sudah berdiri diarea atau wilayah tersebut. Banyak warung tradisional yang gulung tikar akibat pertumbuhan minimarket yang tidak sesuai dan mulai memasuki wilayah perumahan warga.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Sejauh apa perkembangan pasar modern di Sragen saat ini?
  2. Bagaimana dampak perkembangan pasar modern saat ini terhapat warung tradisional?
  3. Bagaimana persepsi masyarakat pada pasar modern dan warung tradisional?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan pasar modern di Sragen saat ini.
  2. Untuk mengetahui dampak dari perkembangan pasar modern saat ini terhadap warung tradisional.
  3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat pada pasar modern dan warung tradisional.


BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Teori Pembangunan dalam Perspektif Teori Modernisasi
Teori modernisasi di bahas oleh beberapa sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda. Yang termasuk teori modernisasi klasik antara lain:
  1. Teori Evolusi yang menggambarkan perkembangan masyarakat (perubahan sosial) sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menuju masyarakat modern. Dalam pandangan teori evolusi, masyarakat modern merupakan bentuk masyarakat yang tidak bisa dihindarkan dan merupakan bentuk masyarakat yang “dicita-citakan”.
  2. Teori Fungsionalisme dari Talcon Parson, yang beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung. Dan setiap organ tersebut memiliki fungsi yang jelas dan khas. Demikian pula dalam kelembagaan masyarakat, setiap elemen masyarakat (lembaga) melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut.
  3. Teori Diferensiasi Struktural dari Smelser yang beranggapan bahwa modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural. Dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.
  4. Teori Tahapan Pertumbuhan Ekonomi dari Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi, yaitu dari mulai tahap masyarakat tradisional sampai pada tahap konsumsi masa tinggi. Rostow menekankan adanya tahapan kritis dari pertumbuhan ekonomi masyakarat, yaitu adanya tahap tinggal landas.
Pandangan (asumsi) teori modernisasi klasik terhadap modernisasi antara lain:
  1. Modernisasi merupakan proses bertahap
  2. Modernisasi juga merupakan proses homogenisasi.
  3. Dalam wujudnya, modernisasi terkadang dianggap sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, atau yang lebih populer werternisasi (modernisasi sama dengan dunia Barat).
  4. Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
  5. Modernisasi merupakan perubahan progresif.
  6. Modernisasi memerlukan waktu panjang.

Teori Modernisasi: Pembangunan sebagai masalah internal
Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negara yang bersangkutan. Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara lain adalah:
  1. Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
  2. Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
  3. Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama.  Satu masalah pembangunan bagi Max Weber (tokoh teori ini) adalah tentang peranan agama sebagai faktor penyebab munculnya kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang dikembangkan oleh Calvin.
  4. Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai. Bagi W.W Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus dari masyarakat terbelakang ke masyarakat niaga. Tahap-tahapanya adalah sbb:
a.       Masyarakat tradisional=belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.
b.      Pra-kondisi untuk lepas landas= masyarakat tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.
c.       Lepas landas : ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d.      Jaman konsumsi massal yang tinggi. Pada titik ini pembangunan merupakan proses berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus-menerus.
  1. Teori yang menekankan lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan. Tokohnya Bert E Hoselitz yang membahas faktor-faktor non-ekonomi yang ditinggalkan oleh W.W Rostow. Hoselitz menekankan lembaga-lembaga kongkrit. Baginya, lembaga-lembaga politik dan sosial ini diperlukan untuk menghimpun modal yang besar, serta memasok tenaga teknis, tenaga swasta dan tenaga teknologi.
  2. Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Tokohnya adalah Alex Inkeler dan David H. Smith.
(Bagus Purnama. 2012)

B.     Pembahasan Berdasarkan Teori
Dari teori pembangunan berdasarkan prespektif modernisasi, terdapat beberapa teori yang dapat kita ambil dan dibahas dalam masalah yang muncul karena pertumbuhan minimarket terhadap warung tradisional yang terjadi di daerah Sragen. Perkembangan dari warung tradisional yang semakin lama semakin tergantikan oleh minimarket bisa dikatakan kalau hal itu juga suatu tuntutan evolusi suatu masyarakan yang semakin lama semakin menuju pembangunan yang lebih modern agar tidak dikatan sebagai masyarakat yang primitif jadi teori evolusi juga mempengaruhi hal tersebut.
Teori Tahapan Pertumbuhan Ekonomi dari Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi, yaitu dari mulai tahap masyarakat tradisional sampai pada tahap konsumsi masa tinggi. Rostow menekankan adanya tahapan kritis dari pertumbuhan ekonomi masyakarat, yaitu adanya tahap tinggal landas. Dari teori tersebut jelas dibagi adanya lima tahapan pembangunan ekonomi, warung tradisional dapat dimasukan ketahap masyarakat tradisional dan minimarket dapat dimasukan pada tahap konsumsi masa tinggi. Jadi konflik ataupun masalah yang muncul antara warung tradisional dan minimarket bukanlah masalah yang besar karena itu adalah suatu tahapan masyarakat untuk mencapai proses modernisasi agar tidak tertinggal dengan negara lain. Proses menuju modernisasi itu bertahap jadi tidak langsung terjadi karena untuk menuju masyarakat yang modern itu memerlukan kurun waktu yang cukup lama tidak begitu saja seperti membalikan telapak tangan.
Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Masalah modal juga sangat mempengaruhi karakteristik dari warung tradisional dan minimarket. Warung tradisional sebagian besar didirikan dengan modal yang pas-pasan atau relative rendah sedangkan minimarket pastilah didirikan oleh orang yang bermodal besar. Dan modal mempengaruhi keberagaman produk yang dijual yang biasanya lebih beragam diminimarket. Warung tradisional kalau mendapatkan modal lebih biasanya digunakan untuk merenovasi warungnya agar bisa bersaing dengan minimarket tetapi barang yang dijual kebanyakan tetap tidak meningkat.
Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga. Dari aspek psikologi biasanya sangat mempengaruhi pembeli yang akan datang diwarung tradisional ataupun diminimarket. Konsumen sangat dipengaruhi kebutuhan dan tingkat pendidikan serta tingkat pendapatan yang dimiliki itu yang mempengaruhi seorang konsumen akan berbelanja diwarung tradisional ataupun diminimarket seperti yang telah dijelaskan dalam karakteristik konsumen pada bab sebelumnya.
Pengaruh kebudayaan, masalah teknis, teknologi dan masyarakat sangat mempengaruhi persaingan antara warung tradisional dan minimarket. Pertama dilihat dari factor budaya jika saat ini sudah banyak orang yang berbelanja di minimarket dan akan menimbulkan budaya itu menyebar keseluruh masyarakan dan dalam waktu yang tidak lama pasti warung-warung tradisional akan tutup karena masyarakat sudah memiliki budaya atau kebiasaan berbelanja diminimarket. Setelah masalah budaya maslah selanjutnya adalah masalh teknis dan teknologi, warung tradisional sangat kalah bersaing dengan minimarket jika dilihat dari teknis penjualanya dan teknologi yang digunakan, karenaminimarket dilayani oleh karyawan yang selalu dituntutut bersikap ramah dan menggunakan teknologi yang lebih modern daripada warung tradisional. Masyarakat didaerah perkotaan sekarang ini sudah mulai merasakan perbedaan berbelanja diwarung tradisional datu diminimarket dan kebanyakan dari mereka lebih mengukai berbelanja diminimarket, sedangkan masyarakat didaerah pedesaan tetap bertahan beberlanja diwarung tradisional.


BAB III
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Pasar Modern (Minimarket) di Sragen
Mengingat masa sekarang ini yang termaksud dalam era globalisasi maka dalam bidang apapun disuatu bagian negara melakukan proses menuju modernisasi. Dalam berbagai bidang seperti bidang tata kota, pertanian, perindustrian, perdagangan dan lain sebagainya mengalami proses modernisasi, untuk saat ini proses modernisasi yang paling kelihatan didalam bidang perdagangan yaitu munculnya pasar-pasar modern disetiap sisi kota bahkan sudah memasuki daerah-daerah kabupaten dan masuk dikompleks perumahan.
Pasar-pasar modern juga sudah mulai tumbuh di Sragen, Jawa Tengah. Karena menurut pandangan orang sekarang belanja bukan lagi hanya sekedar mencari dan membeli barang, namun belanja juga untuk berekreasi atau melepas rutinitas keseharian. Oleh karena itu para pengusaha waralaba dibidang pusat perbelanjaan (pasar modern) melakukan usahanya didaerah-daerah kabupaten yang tak begitu besar seperti Sragen. Usaha waralaba dalam bidang perdagangan yang paling banyak di Sragen adalah minimarket. Minimarket yang paling mendominasi di Sragen seperti Indomart, Alfamart, SeKa, Minimarket Royan, dan ada minimarket-minimarket lainnya milik perorangan yang belum memiliki cabang.
Untuk berita terakhir jumlah minimarket di kecamatan Sragen pada bulan Desember 2012 yang lalu tercatat ada 28 buah minimarket yang berkembang. Pada bulan April 2012 pemerintah kabupaten Sragen mengadakan penyuluhan dengan bekerja sama dengan salah satu minimarket yang banyak ditemui dikota sragen yaitu “Alfamart” yang dilakukan di gedung Sukowati, penyuluhan itu dihadiri 150 orang pedagan UMK untuk mendapatkan pengarahan perdagangan agar mampu bersaing dengan minimarket yang semakin menjamur. Dan dalam penyuluhan yang dilaksanakan bulan April tersebut manager minimarket mengelak saat ada seorang pedagang yang mengatakan bahwa mini market akan menghancurkan pedagang kecil. Tapi manager Alfamart itu menyanggahnya dengan mengatakan bahwa dari pihaknya juga melaksanakan penyuluhan seputar pengelolaan menagemen para pedagang UMK.
Usaha-uasaha pemerintah Sragen untuk menyelamatkan pedagang UMK ataupun pasar tradisional dari pasar modern ataupun minimarketadalah pemerintah menetapkan peraturan pendirian pasar modern harus berjarak 500 m dari pasar tradisional agar tidak mematikan pasar tradisional, dan pemerintah memberhentikan ijin pendirian minimarket mulai bulan Desember 2012.

B.     Dampak Perkembangan Minimarket terhadap Warung Tradisional
Minimarket banyak berpengaruh terhadap warung tradisional saat ini, pengaruhnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Karakteristik fisik
Berdasarkan pengamatan sebagian banyak warung tradisional sekarang ini merenovasi warungnya agar tidak kalah bersaing dengan minimarket. Pemilik warung mencari uang ataupun modal untuk merenovasi dengan cara pinjam ataupun mencari sponsorsif.
Tapi kalau dilihat dari barang yang dijualnya tidak ada perbedaan yang signifikan karena mereka tetap menjual macam barang yang sama dengan jumlah variasi yang sama karena banyak yang mengatakan itu semua dikarena modal yang tak mencukupi untuk menambah barang-barang yang dijual.
  1. Karakteristik non-fisik
Adanya minimarket berdampak pada besarnya modal, jumlah tenaga kerja, jumlah pendapatan, jumlah konsumen dan system penjualan.
  1. Jangkauan pelayanan
Jangkauan pelayanan minimarket lebih besar dan lebih jauh dari pada warung tradisional dikarenakan letak minimarket yang kebanyakan berada dipinggir jalan raya. Jadi kebanyakan warung tradisional yang mengeluhkan pertumbuhan minimarket adalah warung tradisional yang letaknya berdekatan dengan minimarket ataupu letaknya tidak berjauhan dengan warung tradisional.
Kebanyakan pengguna jalan raya yang melewati daerah tertentu jika menemui warung tradisional yang berdampingan dengan minimarket pasti pengguna jalan lebih memilih atau menjatuhkan pilihannya untuk belanja diminimarket.

Perkembangan pasar tradisional yang posisinya semakin lama semakin tergantikan oleh pasar modern dalam era globalisasi mungkin membawa pengaruh baik untuk proses menuju modernisasi negara berkembang seperti Indonesia ini. Dan dampak positif lainnya mungkin dengan adanya minimarket dapat menambah pemasukan negara ataupun daerah dengan adanya pajak untuk usaha minimarket.
Tapi dalam penelitian ini penulis lebih menyoroti dari dampak negatif yang timbul bagi pedagang warung tradisional dengan munculnya minimarket disekitar mereka. Dampak-dampak yang muncul itu dipengaruhi dari berbagai faktor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak negatif itu muncul dari perkembangan minimarket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Lokasi Minimarket
Lokasi mimimarket yang biasanya berjarak rapat-rapat dengan minimarket lainnya, contohnya kalau di Sragen di sepanjang jalan Raya Sukowati pasti dijumpai berjajar minimarket yang tak berjarak terlalu jauh padahal didaerah-daerah tersebut, sebelum dibangunnya minimarket sudah ada warung-warung tradisional yang berdiri didekat tempat dibangunnya minimarket tersebut.
Lokasi minimarket yang sudah mulai mendekati daerah perumahan warga, contoh saja seperti diperumahan Margoasri yang dulunya belum ada minimarket dan sekarang sudah berdiri minimarket disitu, padahal didaerah perumahan tersebut ada warga perumahan yang membuka warung tradisional untuk menyuplai semua kebutuhan warga.
  1. Harga yang mempengaruhi laba
Harga di minimarket biasanya sama dengan warung tradisional dan terkadang lebih murah dari pada warung tradisional karena minimarket berani menyediakan barang-barang yang dijual lebih banyak jadi saat mengambil barang, minimarket mendapatkan harga awal lebih murah dari pada warung tradisional karena minimarket mengambil barang banyak pasti harganya berbeda jika warung tradisional pasti mengambil barang sedikit-sedikit karena dipengaruhi oleh modal juga. Warung tradisional biasanya bermodal kecil sedangkan minimarket pasti bermodal besar karena termasuk wirausaha waralaba.
  1. Kondisi masyarakat sekarang
Masyarakat sekarang ini menginginkan pelayanan yang baik, barang-barang yang bervariasi dan harga yang miring (lebih murah). Jika dilihat dari pelayanannya minimarket lebih unggul dalam melayani pembeli karena karyawannya diharuskan bersikap ramah kepada pembeli, dan banyak dijumpai warung tradisional banyak penjualnya yang terkadang terlalu lama datang saat ada pembeli dan tidak jarang memasang muka masam saat berjualan. Dan kalau dilihat dari barang-barang yang dijual, minimarket lebih bervariasi dan harganya lebih murah karena berawal dari modal yang cukup besar, kalau warung tradisional pasti jarang ada kalau modal awalnya besar, karena warung tradisional termasuk usaha kecil.

Dari faktor-faktor pendorong tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak negatif dari menjamurnya minimarket bagi warung tradisional yaitu mematikan pendapatan warung tradisional yang tidak bisa bersaing. Dan itu dapat membuat dampak jangka panjang yang lebih membahayakan yaitu tingkat kemiskinan yang semakin tinggi, yang menyebabkan kriminalitas dipusat-pusat keramain bahkan ditempat sepi, bahaya kelaparan dan bahkan anak-anak yang putus sekolah karena kurangnya biaya untuk hidup. Oleh sebab itu pemerintah kabupaten Sragen menghentikan pemberian izin untuk pendirian minimarket untuk menyelamatkan warung tradisional dan pasar tradisional.

C.    Persepsi Masyarakat pada Pasar Modern (Minimarket) dan Warung Tradisional
  1. Karakteristik Konsumen
Kalau dilihat dari jenis kelamin orang yang berbelanja di minimarket ataupun di warung tradisional itu kabanyakan dari kalangan perempuan. Sedangkan jika ditinjau pada usia konsumen yang berbelanja kebanyakan pada usia 30-40 tahun karena pada usia tersebut termasuk dalam usia produktif secara ekonomi.
Kebanyakan konsumen ataupun pembeli yang mendatangi warung tradisional adalah yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sedangkan konsumen pasar modern kebanyakan adalah yang berprofesi pegawai, swasta ataupun karyawan dan pelajar ataupun mahasiswa. Pendidikan terakhir konsumen warung tardisional rata-rata lulusan SMP dan untuk pasar modern adalah lulusan sarjana. Jadi konsumen yang berbelanja di warung tradisional kebanyakan tidak berpendapatan dan konsumen pasar modern orang yang berpendapatan karena banyak pasar modern yang penuh dan banyak pengunjung pada masa-masa gajian.
Pengunjung yang berbelanja di warung tradisional dan minimarket memiliki alasan masing-masing. Alasan pengunjung yang berbelanja di warung tradisional beralasan kalau tempatnya lebih dekat, sedangkan yang berbelanja di minimarket beralasan bahwa diminimarket barang yang disediakan lebih bervariasi dan barang yang disediakan lebih banyak.
  1. Persepsi masyarakat pengunjung
Masyarakat yang berkunjung di warung tradisional maupun diminimarket dengan jarak tempuh yang hampir sama ataupun berbeda sedikit cara yang dilakukan untuk menempuh perjalanan yang berbeda. Pengunjung yang mendatangi warung tradisional dengan cara berjalan kaki dan kebanyakan pengunjung minimarket kebanyakan menggunakan kendaraan bermontor.
Berdasarkan persepsi pengunjung warung tradisional, kelebihan dari warung tradisional adalah dari variable harga yang menawarkan harga lebih murah. Sedangkan minimarket memiliki kelebihan pada variabel barang, dimana kelengkapan barang merupakan variabel yang dinilai lebih oleh konsumen.
  1. Persepsi masyarakat umum (non pengunjung)
Mengetahui persepsi masyarakan umum diharapkan masyarakat umum ini bersifat netral tidak sebagai pengunjung kedua-duanya, dan persepsi mereka bahwa:
Kelebihan warung tradisional adalah adanya pembelian eceran dalam jumlah lebih kecil dari yang ditawarkan oleh minimarket. Sedangkan kelebihan minimarket adalah kelengkapan barang dibandingkan dengan warung tradisional.
Kekurangan dari warung tradisional yang paling menonjol adalah kurangnya kelengkapan barang, sedangkan kekurangan minimarket yang paling menonjol adalah harga yang lebih mahal.
Kedua fasilitas perdagangan tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun yang perlu diperhatikan adalah kekurangan warung tradisional yang masih cukup banyak untuk diperbaiki. Hal ini perlu diperhatikan untuk melindungi warung tradisional dari keterpurukan.
  1. Tingkat kepuasan konsumen
Pengunjung warung tradisional menyatakan kepuasan yang tinggi atas variabel jangkauan harga, dimana harga yang diberikan sangat terjangkau oleh masyarakat. Harga yang lebih murah merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat yang menjadi pengunjung warung tradisional.
Pengunjung minimarket menyatakan kepuasan yang tinggi atas variabel adanya kebebasan memilih. Pengunjung menyatakan kepuasan dalam hal memilih barang, dikarenakan pengunjung dapat dengan leluasa melihat, memilih dan memutuskan sendiri barang mana yang akan dibeli.

BAB IV
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Perkembangan minimarket dikora Sragen sangat berkembang dan sudah ada tindakan dari pemerintah kabupaten Sragen. Persepsi masyarakat memunculkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing fasilitas perdagangan. Masing-masing fasilitas perdagangan, baik warung tradisioanal maupun minimarket memiliki kelebihan dan kekurangan berdasarkan variabel- variabel yang dinilai oleh konsumen pengunjung. Terdapat perubahan kecenderungan pada pemilihan tujuan berbelanja sebelum dan sesudah berdirinya minimarket. Berdasarkan jangkauan pelayanan, dapat diketahui bahwa semakin besar jangkauan minimarket, maka akan semakin banyak warung tradisional yang tersulitkan dengan jangkauan pelayanannya. Semakin jauh warung tradisional terhadap minimarket, pengaruh yang ditimbulkan akan semakin kecil. Namun, semakin dekat warung tradisional dengan minimarket, maka pengaruh yang sangat besar terjadi pada jumlah konsumen yang datang setiap harinya dan menuju ke dampak yang lebih lanjut.

  1. Saran
Perlu diberikan batasan yang jelas untuk pengembangan minimarket ke depannya karena walupun izinya sudah ditutup tapi masih ada minimarket yang muncul lagi. Hal ini untuk melindungi eksistensi warung tradisional sebagai kekuatan ekonomi menengah kebawah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll