BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Belanja bukan lagi hanya sekedar mencari dan membeli barang,
namun belanja juga untuk berekreasi atau melepas rutinitas keseharian.
Keamanan, kenyamanan, kemudahan dan faktor gengsi telah menggeser perilaku
orang belanja. Fenomena ini tidak disia-siakan bagi pengelola bisnis industri
ritel untuk mendirikan usahanya seperti super market, hypermart, dan minimarket
yang semakin menjamur dikota-kota besar, bahkan dikabupaten-kabupaten kecilpun
pertumbuhannya bisa dikatakan sangat pesat. Pasar tradisional yang sekarang ini
pertumbuhannya paling pesat adalah minimarket.
Pertumbuhan minimarket dikatakan tidak efisien karena disatu
daerah jika muncul minimarket berlebel “A” maka beberapa meter kemudian atau
didepannya pasti akan muncul juga minimarket berlebel “I” dan letak antara satu
minimarket dengan minimarket lain yang saling berdekatan dan hamper disetiap
wilayah ada tersebut yang meresahkan pedagang warung tradisional. Untuk saat
ini mungkin baru minimarket penyedia kebutuhan sehari-hari yang banyak
berkembang di daerah-daerah. Tapi hal itu memiliki dampak besar bagi warung
tradisional yang mulanya sudah berdiri diarea atau wilayah tersebut. Banyak
warung tradisional yang gulung tikar akibat pertumbuhan minimarket yang tidak
sesuai dan mulai memasuki wilayah perumahan warga.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
- Sejauh apa perkembangan pasar modern di Sragen saat ini?
- Bagaimana dampak perkembangan pasar modern saat ini terhapat warung tradisional?
- Bagaimana persepsi masyarakat pada pasar modern dan warung tradisional?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan pasar modern di Sragen saat ini.
- Untuk mengetahui dampak dari perkembangan pasar modern saat ini terhadap warung tradisional.
- Untuk mengetahui persepsi masyarakat pada pasar modern dan warung tradisional.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Teori Pembangunan dalam
Perspektif Teori Modernisasi
Teori modernisasi di bahas oleh beberapa sosiolog dengan perspektif yang
berbeda-berbeda. Yang termasuk teori modernisasi klasik antara lain:
- Teori Evolusi yang menggambarkan perkembangan masyarakat (perubahan sosial) sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menuju masyarakat modern. Dalam pandangan teori evolusi, masyarakat modern merupakan bentuk masyarakat yang tidak bisa dihindarkan dan merupakan bentuk masyarakat yang “dicita-citakan”.
- Teori Fungsionalisme dari Talcon Parson, yang beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung. Dan setiap organ tersebut memiliki fungsi yang jelas dan khas. Demikian pula dalam kelembagaan masyarakat, setiap elemen masyarakat (lembaga) melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut.
- Teori Diferensiasi Struktural dari Smelser yang beranggapan bahwa modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural. Dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.
- Teori Tahapan Pertumbuhan Ekonomi dari Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi, yaitu dari mulai tahap masyarakat tradisional sampai pada tahap konsumsi masa tinggi. Rostow menekankan adanya tahapan kritis dari pertumbuhan ekonomi masyakarat, yaitu adanya tahap tinggal landas.
Pandangan (asumsi) teori modernisasi
klasik terhadap modernisasi antara lain:
- Modernisasi merupakan proses bertahap
- Modernisasi juga merupakan proses homogenisasi.
- Dalam wujudnya, modernisasi terkadang dianggap sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, atau yang lebih populer werternisasi (modernisasi sama dengan dunia Barat).
- Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
- Modernisasi merupakan perubahan progresif.
- Modernisasi memerlukan waktu panjang.
Teori
Modernisasi: Pembangunan sebagai masalah internal
Teori
ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor internal atau
faktor-faktor yang terdapat di dalam negara yang bersangkutan. Ada banyak
variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara lain adalah:
- Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
- Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
- Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama. Satu masalah pembangunan bagi Max Weber (tokoh teori ini) adalah tentang peranan agama sebagai faktor penyebab munculnya kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang dikembangkan oleh Calvin.
- Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai. Bagi W.W Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus dari masyarakat terbelakang ke masyarakat niaga. Tahap-tahapanya adalah sbb:
a.
Masyarakat
tradisional=belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.
b.
Pra-kondisi untuk
lepas landas= masyarakat tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat dan
pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.
c.
Lepas landas :
ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi.
d.
Jaman konsumsi
massal yang tinggi. Pada titik ini pembangunan merupakan proses
berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus-menerus.
- Teori yang menekankan lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan. Tokohnya Bert E Hoselitz yang membahas faktor-faktor non-ekonomi yang ditinggalkan oleh W.W Rostow. Hoselitz menekankan lembaga-lembaga kongkrit. Baginya, lembaga-lembaga politik dan sosial ini diperlukan untuk menghimpun modal yang besar, serta memasok tenaga teknis, tenaga swasta dan tenaga teknologi.
- Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Tokohnya adalah Alex Inkeler dan David H. Smith.
(Bagus
Purnama. 2012)
B.
Pembahasan
Berdasarkan Teori
Dari
teori pembangunan berdasarkan prespektif modernisasi, terdapat beberapa teori
yang dapat kita ambil dan dibahas dalam masalah yang muncul karena pertumbuhan
minimarket terhadap warung tradisional yang terjadi di daerah Sragen. Perkembangan dari warung tradisional
yang semakin lama semakin tergantikan oleh minimarket bisa dikatakan kalau hal
itu juga suatu tuntutan evolusi suatu masyarakan yang semakin lama semakin
menuju pembangunan yang lebih modern agar tidak dikatan sebagai masyarakat yang
primitif jadi teori evolusi juga mempengaruhi hal tersebut.
Teori
Tahapan Pertumbuhan Ekonomi dari Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan
pembangunan ekonomi, yaitu dari mulai tahap masyarakat tradisional sampai pada
tahap konsumsi masa tinggi. Rostow menekankan adanya tahapan kritis dari
pertumbuhan ekonomi masyakarat, yaitu adanya tahap tinggal landas. Dari teori
tersebut jelas dibagi adanya lima tahapan pembangunan ekonomi, warung
tradisional dapat dimasukan ketahap masyarakat tradisional dan minimarket dapat
dimasukan pada tahap konsumsi masa tinggi. Jadi konflik ataupun masalah yang
muncul antara warung tradisional dan minimarket bukanlah masalah yang besar
karena itu adalah suatu tahapan masyarakat untuk mencapai proses modernisasi
agar tidak tertinggal dengan negara lain. Proses menuju modernisasi itu
bertahap jadi tidak langsung terjadi karena untuk menuju masyarakat yang modern
itu memerlukan kurun waktu yang cukup lama tidak begitu saja seperti membalikan
telapak tangan.
Teori
yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal dan
investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara
lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun
menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tingginya tabungan dan investasi. Masalah modal juga sangat mempengaruhi
karakteristik dari warung tradisional dan minimarket. Warung tradisional
sebagian besar didirikan dengan modal yang pas-pasan atau relative rendah
sedangkan minimarket pastilah didirikan oleh orang yang bermodal besar. Dan
modal mempengaruhi keberagaman produk yang dijual yang biasanya lebih beragam
diminimarket. Warung tradisional kalau mendapatkan modal lebih biasanya
digunakan untuk merenovasi warungnya agar bisa bersaing dengan minimarket
tetapi barang yang dijual kebanyakan tetap tidak meningkat.
Teori
yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan
konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau
dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk
manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui
pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
Dari aspek psikologi biasanya sangat mempengaruhi pembeli yang akan datang
diwarung tradisional ataupun diminimarket. Konsumen sangat dipengaruhi
kebutuhan dan tingkat pendidikan serta tingkat pendapatan yang dimiliki itu
yang mempengaruhi seorang konsumen akan berbelanja diwarung tradisional ataupun
diminimarket seperti yang telah dijelaskan dalam karakteristik konsumen pada
bab sebelumnya.
Pengaruh
kebudayaan, masalah teknis, teknologi dan masyarakat sangat mempengaruhi
persaingan antara warung tradisional dan minimarket. Pertama dilihat dari
factor budaya jika saat ini sudah banyak orang yang berbelanja di minimarket
dan akan menimbulkan budaya itu menyebar keseluruh masyarakan dan dalam waktu
yang tidak lama pasti warung-warung tradisional akan tutup karena masyarakat
sudah memiliki budaya atau kebiasaan berbelanja diminimarket. Setelah masalah
budaya maslah selanjutnya adalah masalh teknis dan teknologi, warung tradisional
sangat kalah bersaing dengan minimarket jika dilihat dari teknis penjualanya
dan teknologi yang digunakan, karenaminimarket dilayani oleh karyawan yang
selalu dituntutut bersikap ramah dan menggunakan teknologi yang lebih modern
daripada warung tradisional. Masyarakat didaerah perkotaan sekarang ini sudah
mulai merasakan perbedaan berbelanja diwarung tradisional datu diminimarket dan
kebanyakan dari mereka lebih mengukai berbelanja diminimarket, sedangkan
masyarakat didaerah pedesaan tetap bertahan beberlanja diwarung tradisional.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Pasar Modern
(Minimarket) di Sragen
Mengingat masa sekarang ini yang termaksud dalam era
globalisasi maka dalam bidang apapun disuatu bagian negara melakukan proses
menuju modernisasi. Dalam berbagai bidang seperti bidang tata kota, pertanian,
perindustrian, perdagangan dan lain sebagainya mengalami proses modernisasi,
untuk saat ini proses modernisasi yang paling kelihatan didalam bidang
perdagangan yaitu munculnya pasar-pasar modern disetiap sisi kota bahkan sudah
memasuki daerah-daerah kabupaten dan masuk dikompleks perumahan.
Pasar-pasar modern juga sudah mulai tumbuh di Sragen, Jawa
Tengah. Karena menurut pandangan orang sekarang belanja bukan lagi hanya
sekedar mencari dan membeli barang, namun belanja juga untuk berekreasi atau
melepas rutinitas keseharian. Oleh karena itu para pengusaha waralaba dibidang
pusat perbelanjaan (pasar modern) melakukan usahanya didaerah-daerah kabupaten
yang tak begitu besar seperti Sragen. Usaha waralaba dalam bidang perdagangan
yang paling banyak di Sragen adalah minimarket. Minimarket yang paling
mendominasi di Sragen seperti Indomart, Alfamart, SeKa, Minimarket Royan, dan
ada minimarket-minimarket lainnya milik perorangan yang belum memiliki cabang.
Untuk berita terakhir jumlah minimarket di kecamatan Sragen
pada bulan Desember 2012 yang lalu tercatat ada 28 buah minimarket yang
berkembang. Pada bulan April 2012 pemerintah kabupaten Sragen mengadakan
penyuluhan dengan bekerja sama dengan salah satu minimarket yang banyak ditemui
dikota sragen yaitu “Alfamart” yang dilakukan di gedung Sukowati, penyuluhan
itu dihadiri 150 orang pedagan UMK untuk mendapatkan pengarahan perdagangan
agar mampu bersaing dengan minimarket yang semakin menjamur. Dan dalam penyuluhan
yang dilaksanakan bulan April tersebut manager minimarket mengelak saat ada
seorang pedagang yang mengatakan bahwa mini market akan menghancurkan pedagang
kecil. Tapi manager Alfamart itu menyanggahnya dengan mengatakan bahwa dari
pihaknya juga melaksanakan penyuluhan seputar pengelolaan menagemen para
pedagang UMK.
Usaha-uasaha pemerintah Sragen untuk menyelamatkan pedagang
UMK ataupun pasar tradisional dari pasar modern ataupun minimarketadalah
pemerintah menetapkan peraturan pendirian pasar modern harus berjarak 500 m
dari pasar tradisional agar tidak mematikan pasar tradisional, dan pemerintah
memberhentikan ijin pendirian minimarket mulai bulan Desember 2012.
B.
Dampak Perkembangan
Minimarket terhadap Warung Tradisional
Minimarket banyak berpengaruh terhadap warung tradisional
saat ini, pengaruhnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Karakteristik fisik
Berdasarkan pengamatan sebagian banyak warung tradisional
sekarang ini merenovasi warungnya agar tidak kalah bersaing dengan minimarket.
Pemilik warung mencari uang ataupun modal untuk merenovasi dengan cara pinjam
ataupun mencari sponsorsif.
Tapi kalau dilihat dari barang yang dijualnya tidak ada
perbedaan yang signifikan karena mereka tetap menjual macam barang yang sama
dengan jumlah variasi yang sama karena banyak yang mengatakan itu semua
dikarena modal yang tak mencukupi untuk menambah barang-barang yang dijual.
- Karakteristik non-fisik
Adanya minimarket berdampak pada besarnya modal, jumlah
tenaga kerja, jumlah pendapatan, jumlah konsumen dan system penjualan.
- Jangkauan pelayanan
Jangkauan pelayanan minimarket lebih besar dan lebih jauh
dari pada warung tradisional dikarenakan letak minimarket yang kebanyakan
berada dipinggir jalan raya. Jadi kebanyakan warung tradisional yang
mengeluhkan pertumbuhan minimarket adalah warung tradisional yang letaknya
berdekatan dengan minimarket ataupu letaknya tidak berjauhan dengan warung
tradisional.
Kebanyakan pengguna jalan raya yang melewati daerah tertentu
jika menemui warung tradisional yang berdampingan dengan minimarket pasti
pengguna jalan lebih memilih atau menjatuhkan pilihannya untuk belanja
diminimarket.
Perkembangan pasar tradisional yang posisinya semakin lama
semakin tergantikan oleh pasar modern dalam era globalisasi mungkin membawa
pengaruh baik untuk proses menuju modernisasi negara berkembang seperti
Indonesia ini. Dan dampak positif lainnya mungkin dengan adanya minimarket
dapat menambah pemasukan negara ataupun daerah dengan adanya pajak untuk usaha
minimarket.
Tapi dalam penelitian ini penulis lebih menyoroti dari dampak
negatif yang timbul bagi pedagang warung tradisional dengan munculnya
minimarket disekitar mereka. Dampak-dampak yang muncul itu dipengaruhi dari
berbagai faktor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak negatif itu muncul dari
perkembangan minimarket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Lokasi Minimarket
Lokasi mimimarket yang biasanya berjarak rapat-rapat dengan
minimarket lainnya, contohnya kalau di Sragen di sepanjang jalan Raya Sukowati
pasti dijumpai berjajar minimarket yang tak berjarak terlalu jauh padahal
didaerah-daerah tersebut, sebelum dibangunnya minimarket sudah ada
warung-warung tradisional yang berdiri didekat tempat dibangunnya minimarket
tersebut.
Lokasi minimarket yang sudah mulai mendekati daerah perumahan
warga, contoh saja seperti diperumahan Margoasri yang dulunya belum ada
minimarket dan sekarang sudah berdiri minimarket disitu, padahal didaerah
perumahan tersebut ada warga perumahan yang membuka warung tradisional untuk
menyuplai semua kebutuhan warga.
- Harga yang mempengaruhi laba
Harga di minimarket biasanya sama dengan warung tradisional
dan terkadang lebih murah dari pada warung tradisional karena minimarket berani
menyediakan barang-barang yang dijual lebih banyak jadi saat mengambil barang,
minimarket mendapatkan harga awal lebih murah dari pada warung tradisional
karena minimarket mengambil barang banyak pasti harganya berbeda jika warung
tradisional pasti mengambil barang sedikit-sedikit karena dipengaruhi oleh
modal juga. Warung tradisional biasanya bermodal kecil sedangkan minimarket
pasti bermodal besar karena termasuk wirausaha waralaba.
- Kondisi masyarakat sekarang
Masyarakat sekarang ini menginginkan pelayanan yang baik,
barang-barang yang bervariasi dan harga yang miring (lebih murah). Jika dilihat
dari pelayanannya minimarket lebih unggul dalam melayani pembeli karena
karyawannya diharuskan bersikap ramah kepada pembeli, dan banyak dijumpai
warung tradisional banyak penjualnya yang terkadang terlalu lama datang saat
ada pembeli dan tidak jarang memasang muka masam saat berjualan. Dan kalau
dilihat dari barang-barang yang dijual, minimarket lebih bervariasi dan
harganya lebih murah karena berawal dari modal yang cukup besar, kalau warung
tradisional pasti jarang ada kalau modal awalnya besar, karena warung
tradisional termasuk usaha kecil.
Dari faktor-faktor pendorong tersebut dapat disimpulkan bahwa
dampak negatif dari menjamurnya minimarket bagi warung tradisional yaitu mematikan
pendapatan warung tradisional yang tidak bisa bersaing. Dan itu dapat membuat
dampak jangka panjang yang lebih membahayakan yaitu tingkat kemiskinan yang
semakin tinggi, yang menyebabkan kriminalitas dipusat-pusat keramain bahkan ditempat
sepi, bahaya kelaparan dan bahkan anak-anak yang putus sekolah karena kurangnya
biaya untuk hidup. Oleh sebab itu pemerintah kabupaten Sragen menghentikan
pemberian izin untuk pendirian minimarket untuk menyelamatkan warung
tradisional dan pasar tradisional.
C.
Persepsi Masyarakat pada
Pasar Modern (Minimarket) dan Warung Tradisional
- Karakteristik Konsumen
Kalau dilihat dari jenis kelamin orang yang berbelanja di
minimarket ataupun di warung tradisional itu kabanyakan dari kalangan
perempuan. Sedangkan jika ditinjau pada usia konsumen yang berbelanja
kebanyakan pada usia 30-40 tahun karena pada usia tersebut termasuk dalam usia
produktif secara ekonomi.
Kebanyakan konsumen ataupun pembeli yang mendatangi warung
tradisional adalah yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sedangkan konsumen
pasar modern kebanyakan adalah yang berprofesi pegawai, swasta ataupun karyawan
dan pelajar ataupun mahasiswa. Pendidikan terakhir konsumen warung tardisional
rata-rata lulusan SMP dan untuk pasar modern adalah lulusan sarjana. Jadi
konsumen yang berbelanja di warung tradisional kebanyakan tidak berpendapatan
dan konsumen pasar modern orang yang berpendapatan karena banyak pasar modern
yang penuh dan banyak pengunjung pada masa-masa gajian.
Pengunjung yang berbelanja di warung tradisional dan
minimarket memiliki alasan masing-masing. Alasan pengunjung yang berbelanja di
warung tradisional beralasan kalau tempatnya lebih dekat, sedangkan yang
berbelanja di minimarket beralasan bahwa diminimarket barang yang disediakan
lebih bervariasi dan barang yang disediakan lebih banyak.
- Persepsi masyarakat pengunjung
Masyarakat yang berkunjung di warung tradisional maupun
diminimarket dengan jarak tempuh yang hampir sama ataupun berbeda sedikit cara
yang dilakukan untuk menempuh perjalanan yang berbeda. Pengunjung yang
mendatangi warung tradisional dengan cara berjalan kaki dan kebanyakan
pengunjung minimarket kebanyakan menggunakan kendaraan bermontor.
Berdasarkan persepsi pengunjung warung tradisional, kelebihan
dari warung tradisional adalah dari variable harga yang menawarkan harga lebih
murah. Sedangkan minimarket memiliki kelebihan pada variabel barang, dimana
kelengkapan barang merupakan variabel yang dinilai lebih oleh konsumen.
- Persepsi masyarakat umum (non pengunjung)
Mengetahui persepsi masyarakan umum diharapkan masyarakat
umum ini bersifat netral tidak sebagai pengunjung kedua-duanya, dan persepsi
mereka bahwa:
Kelebihan warung tradisional adalah adanya pembelian eceran
dalam jumlah lebih kecil dari yang ditawarkan oleh minimarket. Sedangkan
kelebihan minimarket adalah kelengkapan barang dibandingkan dengan warung
tradisional.
Kekurangan dari warung tradisional yang paling menonjol
adalah kurangnya kelengkapan barang, sedangkan kekurangan minimarket yang
paling menonjol adalah harga yang lebih mahal.
Kedua fasilitas perdagangan tersebut memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Namun yang perlu diperhatikan adalah kekurangan warung
tradisional yang masih cukup banyak untuk diperbaiki. Hal ini perlu
diperhatikan untuk melindungi warung tradisional dari keterpurukan.
- Tingkat kepuasan konsumen
Pengunjung warung tradisional menyatakan kepuasan yang tinggi
atas variabel jangkauan harga, dimana harga yang diberikan sangat terjangkau
oleh masyarakat. Harga yang lebih murah merupakan faktor yang sangat penting
bagi masyarakat yang menjadi pengunjung warung tradisional.
Pengunjung minimarket menyatakan kepuasan yang tinggi atas
variabel adanya kebebasan memilih. Pengunjung menyatakan kepuasan dalam hal
memilih barang, dikarenakan pengunjung dapat dengan leluasa melihat, memilih
dan memutuskan sendiri barang mana yang akan dibeli.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Perkembangan minimarket dikora Sragen sangat berkembang dan sudah ada
tindakan dari pemerintah kabupaten Sragen. Persepsi masyarakat memunculkan
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing fasilitas perdagangan.
Masing-masing fasilitas perdagangan, baik warung tradisioanal maupun minimarket
memiliki kelebihan dan kekurangan berdasarkan variabel- variabel yang dinilai
oleh konsumen pengunjung. Terdapat perubahan kecenderungan pada pemilihan
tujuan berbelanja sebelum dan sesudah berdirinya minimarket. Berdasarkan
jangkauan pelayanan, dapat diketahui bahwa semakin besar jangkauan minimarket,
maka akan semakin banyak warung tradisional yang tersulitkan dengan jangkauan
pelayanannya. Semakin jauh warung tradisional terhadap minimarket, pengaruh yang
ditimbulkan akan semakin kecil. Namun, semakin dekat warung tradisional dengan minimarket,
maka pengaruh yang sangat besar terjadi pada jumlah konsumen yang datang setiap
harinya dan menuju ke dampak yang lebih lanjut.
- Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar